tag:blogger.com,1999:blog-76631428513367933582024-03-13T05:05:43.909-07:00MANHAJ SALAF"Manhaj as-Salaf as-Soleh, Penyelamat Umat."..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.comBlogger87125tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-9771426375187455482011-12-24T20:06:00.001-08:002011-12-24T20:06:17.148-08:00Hukum Sambut Christmas Dan Ucapan Merry Christmas!<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div>Asy-Syaikh Saleh bin Abdil Aziz Alu Asy-Syaikh berkata dalam Al-Minzhar hal. 104, ketika beliau menyebutkan beberapa kesalahan kaum muslimin berupa tasyabbuh (menyerupai) orang-orang non muslim. Beliau berkata pada kesalahan yang ketiga:<br />
<br />
Tasyabbuh dengan mengadakan id (hari raya) yang diadakah oleh selain kaum muslimin atau turut serta dalam hari-hari raya mereka.<br />
<br />
Ini haram, tidak halal bagi siapapun untuk merayakan dan turut serta di dalam satupun dari hari-hari raya Nashrani.<br />
<br />
Sebagian kaum muslimin ada yang merayakan ‘id untuk para karyawan (yang non muslim) di yayasan atau di perusahaan atau di rumah-rumah. Perbuatan ini adalah dukungan kepada mereka (orang-orang kafir) dalam menegakkan syiar-syiar agama dan kesyirikan mereka. Dan barangsiapa yang tasyabbuh (menyerupai) suatu kaum maka dia termasuk dari mereka, sebagaimana yang tsabit (shahih) bahwa Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<strong>مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ</strong><br />
<br />
<em>“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari mereka”. </em>(HR. Ahmad dan Abu Daud dengan sanad yang jayyid)<br />
<br />
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullahu Ta’ala- berkata, “Hukum minimal yang terkandung dalam hadits ini adalah haramnya tasyabbuh kepada mereka, walaupun lahiriah hadits ini menunjukkan kafirnya orang yang tasyabbuh kepada mereka (orang-orang kafir)”.<br />
<br />
Maka tidak halal untuk turut serta bersama ahli kitab dan orang-orang musyrik dalam menyelenggarakan hari-hari raya mereka, baik dengan cara memberikan hadiah -sekecil apapun- kepada mereka atau dengan memberikan ucapan selamat hari raya kepada mereka. Semua ini dalam rangka memutuskan benih-benih kesyirikan, menampakkan kemuliaan dan keistimewaan Islam di atas para pengiktu kesesatan, dan sebagai perwujudan dari perintah Allah dan Rasul-Nya.<br />
<br />
Allah -Ta’ala- berfirman, “Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadid: 16)<br />
<br />
Ibnu Katsir -rahimahullah- berkata, “Allah telah melarang kaum mukminin untuk tasyabbuh dengan mereka (ahli kitab) dalam semua perkara, baik dalam perkara ushul (pokok) maupun yang furu’ (cabang)”.<br />
<br />
Berikut beberapa fatawa yang menguatkan penjelasan di atas:<br />
<br />
1. Fatwa Asy-Syaikh Muhammad bin Saleh Al-Utsaimin mengenai: Hukum Ucapan Merry Christmas (Selamat Natal<br />
<br />
Tanya:<br />
<br />
Bagaimana hukum mengucapkan “Merry Christmas” (Selamat Natal) kepada orang-orang Kafir? Bagaimana pula memberikan jawaban kepada mereka bila mereka mengucapkannya kepada kita? Apakah boleh pergi ke tempat-tempat pesta yang mengadakan acara seperti ini? Apakah seseorang berdosa, bila melakukan sesuatu dari yang disebutkan tadi tanpa sengaja (maksud yang sebenarnya) namun dia melakukannya hanya untuk berbasa-basi, malu, nggak enak perasaan atau sebab-sebab lainnya? Apakah boleh menyerupai mereka di dalam hal itu?<br />
<br />
Jawab:<br />
<br />
Mengucapkan ‘Merry Christmas’ atau perayaan keagamaan mereka lainnya kepada orang-orang kafir adalah haram berdasarkan kesepakatan para ulama sebagaimana dinukil dari Ibnu Al-Qayyim -rahimahullah- di dalam kitabnya Ahkam Ahlu Adz-Dzimmah’. Beliau berkata,<br />
<br />
“Adapun mengucapkan selamat berkenaan dengan syiar-syiar kekufuran yang menjadi kekhususan mereka adalah haram menurut kesepakatan para ulama, seperti mengucapkan selamat terhadap hari-hari besar dan puasa mereka, sembari mengucapkan, ‘semoga hari raya anda diberkahi’ atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya. Perbuatan ini, kalaupun orang yang mengucapkannya tidak terjatuh ke dalam kekufuran, maka dia telah terjatuh ke dalam hal yang diharamkan. Ucapan semacam ini sama saja dengan ucapan selamat kepada perbuatan mereka sujud terhadap salib, bahkan ucapan ini lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat seperti lebih dimurkai Allah daripada memberikan ucapan selamat kepada orang yang meminum khamar, membunuh jiwa, melakukan perzinaan, dan selainnya dari perbuatan maksiat. Banyak sekali orang yang tidak sedikitpun tersisa kadar keimanannya, yang terjatuh ke dalam hal itu sementara dia tidak sadar betapa buruk perbuatannya tersebut. Karenanya, barangsiapa yang mengucapkan selamat kepada seseorang karena melakukan suatu maksiat, bid’ah, atau kekufuran, maka berarti dia telah menghadapi kemurkaan dan kebencian dari Allah.”<br />
<br />
<br />
Mengenai kenapa Ibnu Al-Qayyim sampai menyatakan bahwa mengucapkan selamat kepada orang-orang kafir berkenaan dengan perayaan hari-hari besar keagamaan mereka adalah haram, maka karena hal itu mengandung persetujuan kepada syiaar-syiar kekufuran yang mereka lakukan dan meridlai hal itu dilakukan. Sekalipun dirinya sendiri tidak rela terhadap kekufuran itu akan tetapi tetap haram atas seorang muslim untuk meridlai syiar-syiar kekufuran atau mengucapkan selamat kepada orang lain berkenaan dengannya, karena Allah Ta’ala tidak meridlai hal itu sebagaimana dalam firman-Nya, “Jika kalian kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman) kalian dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-hambaNya, dan jika kalian bersyukur, niscaya Dia meridhai bagi kalian kesyukuran itu.” (QS. Az-Zumar: 7)<br />
<br />
Juga dalam firman-Nya, “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama kalian.” (QS. Al-Maidah :3)<br />
<br />
Jadi, mengucapkan selamat kepada mereka berkenaan dengan hal itu adalah haram, baik mereka itu rekan-rekan satu pekerjaan dengannya maupun bukan.<br />
<br />
Bila mereka mengucapkan selamat berkenaan dengan hari-hari besar mereka kepada kita, maka kita tidak boleh menjawabnya karena hari-hari besar itu bukanlah hari-hari besar kita. Juga karena dia adalah hari besar yang tidak diridlai Allah Ta’ala, walaupun hari besar itu muncul karena perbuatan mengada-ada ataupun memang hari raya itu disyari’atkan dalam agama mereka, akan tetapi hal itu semua telah dihapus oleh Dienul Islam yang dengannya Nabi Muhammad Shallallâhu ‘alaihi Wa Sallam diutus Allah kepada seluruh makhluk. Allah Ta’ala berfirman, Barangsiapa yang mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran :85)<br />
<br />
Karena itu, hukum bagi seorang muslim yang memenuhi undangan mereka dalam menghadiri hari raya mereka adalah haram karena itu lebih besar dosanya ketimbang mengucapkan selamat kepada mereka berkenaan dengannya. Memenuhi undangan tersebut mengandung makna ikut berpartisipasi bersama mereka di dalamnya.<br />
<br />
Demikian pula, haram hukumnya bagi kaum muslimin untuk menyerupai orang-orang kafir, seperti mengadakan pesta-pesta berkenaan dengan hari besar mereka tersebut, saling berbagi hadiah, membagi-bagikan kue, hidangan makanan, meliburkan pekerjaan, dan yang semisalnya.<br />
<br />
Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallâhu ‘alaihi Wa Sallam, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Daud)<br />
<br />
Syaikhul Islam Ibnu Taimiah berkata di dalam kitabnya Iqtidha` Ash-Shirath Al-Mustaqim fii Mukhalafah Ashhab Al-Jahim, “Menyerupai mereka di dalam sebagian hari-hari besar mereka mengandung konsekuensi timbulnya rasa senang di hati mereka atas kebatilan yang mereka lakukan, dan barangkali hal itu membuat mereka antusias untuk mencari-cari kesempatan (dalam kesempitan) dan menghinakan kaum yang lemah (imannya).”<br />
<br />
Dan barangsiapa yang melakukan sesuatu dari hal itu, maka dia telah berdosa, baik melakukannya karena berbasa-basi, ingin mendapatkan simpati, rasa malu atau sebab-sebab lainnya karena dia termasuk bentuk peremehan terhadap agama Allah dan menjadi sebab hati orang-orang kafir menjadi kuat dan bangga terhadap agama mereka.<br />
<br />
<br />
Kepada Allah kita memohon agar memuliakan kaum Muslimin dengan dien mereka, menganugerahkan kemantapan hati dan memberikan pertolongan kepada mereka terhadap musuh-musuh mereka, sesungguh Dia Maha Kuat lagi Maha Perkasa.<br />
<br />
[Diterjemah dari Majmu’ Fatawa Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin: 3/44-46, fatwa no.403]<br />
<br />
<br />
2. Fatwa Asy-Syaikh Saleh bin Abdillah Al-Fauzan mengenai: Menyambut dan Ikut Merayakan Hari Raya atau Pesta Orang-Orang Kafir Serta Berbela Sungkawa (Ta’ziah) Dalam Hari Berduka Mereka:<br />
<br />
Tidak boleh memberi ucapan selamat (tahniah) atau ucapan belangsungkawa (ta’ziyah) kepada mereka, karena hal itu berarti memberikan wala’ (bantuan) dan mahabbah (kecintaan) kepada mereka, dan juga dikarenakan hal tersebut mengandung pengagungan (penghormatan) terhadap mereka. Maka hal itu diharamkan berdasarkan larangan-larangan ini, sebagaimana haramnya mengucapkan salam terlebih dahulu kepada mereka atau membuka jalan bagi mereka.<br />
<br />
Ibnu Al-Qayyim berkata, “Hendaklah berhati-hati jangan sampai terjerumus -sebagaimana orang-orang bodoh- ke dalam ucapan-ucapan yang menunjukkan ridha terhadap agamanya (orang kafir). Seperti ucapan mereka (sebagian orang bodoh), “Semoga Allah membahagiakan kamu dengan agamamu”, atau “memberkatimu dalam agamamu”, atau berkata, “semoga Allah memuliakannmu”. Kecuali jika dia (muslim) berkata, “Semoga Allah memuliakanmu dengan Islam”, atau yang senada dengan itu. Itu semua tahniah dengan perkara-perkara umum.<br />
<br />
Tetapi jika tahni’ah itu dengan syi’ar-syi’ar kufur yang khusus milik mereka seperti hari raya dan puasa mereka, dengan mengatakan, “Selamat hari raya natal” umpamanya atau “berbahagialah dengan hari raya ini” atau yang senada dengan itu, maka jika yang mengucapakannya selamat dari kekufuran, maka dia tidak lepas dari maksiat dan keharaman. Sebab itu sama halnya dengan memberikan ucapan selamat terhadap sujud mereka kepada salib, bahkan di sisi Allah hal itu lebih dimurkai daripada memberikan selamat atas perbuatan meminum khamr, membunuh orang atau berzina atau sebangsanya.<br />
<br />
Banyak sekali orang yang terjerumus dalam hal ini tanpa menyadari keburukannya. Maka barangsiapa memberikan ucapan selamat kepada seseorang melakukan bid’ah, maksiat atau kekufuran maka dia telah menantang murka Allah. Para ulama yang wara’ (menjauhi yang namanya makruh apalagi yang haram), mereka senantiasa menghindari tahni’ah kepada para pemimpin zhalim atau kepada orang-orang dungu yang diangkat sebagai hakim, qadhi, dosen, atau mufti , semuanya demi menghindari murka dan laknat Allah dan laknat-Nya.” (Ahkam Ahli Adz-Dzimmah: 1/205-206)<br />
<br />
<br />
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa memberi tahniah kepada orang-orang kafir atas hal-hal yang diperbolehkan (mubah) adalah dilarang jika mengandung makna yang menunjukkan rela kepada agama mereka. Adapun memberikan tahni’ah atas hari-hari raya mereka atau syi’ar-syi’ar mereka adalah haram hukumnya dan sangat dikhawatirkan pelakunya jatuh pada kekufuran.<br />
<br />
[Disalin dari kitab At-Tauhid Lish-Shaffil Awwal Al-Aliy, Edisi Indonesia, Kitab Tauhid 1, Penulis Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan]<br />
<br />
<br />
3. Fatwa Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’ (Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi) no. 8848.<br />
<br />
Tanya:<br />
<br />
Apakah seorang muslim diperbolehkan bekerjasama dengan orang-orang Nashrani dalam perayaan Natal yang biasa dilaksanakan pada akhir bulan Desember? Di sekitar kami ada sebagian orang yang menyandarkan pada orang-orang yang dianggap berilmu bahwa mereka duduk di majelis orang Nashrani dalam perayaan mereka. Mereka mengatakan bahwa hal ini boleh-boleh saja. Apakah perkataan mereka semacam ini benar? Apakah ada dalil syar’i yang membolehkan hal ini?<br />
<br />
<br />
Jawab:<br />
<br />
Tidak boleh bagi kita bekerjasama dengan orang-orang Nashrani dalam melaksanakan hari raya mereka, walaupun ada sebagian orang yang dikatakan berilmu melakukan semacam ini. Hal ini diharamkan karena dapat membuat mereka semakin bangga dengan jumlah mereka yang banyak. Di samping itu pula, hal ini termasuk bentuk tolong menolong dalam berbuat dosa. Padahal Allah berfirman,<br />
<br />
<strong>وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ</strong><br />
<em>“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”</em> (QS. Al-Maidah: 2)<br />
<br />
Semoga Allah memberi taufik pada kita. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, pengikut dan sahabatnya.”<br />
<br />
http://al-atsariyyah.com/fatawa-seputar-perayaan-natal.html<br />
_____________________________________________________________________________<br />
<br />
INFORMASI<br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<br />
http://www.facebook.com/1manhajsalaf<br />
<br />
[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<br />
http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts<br />
<br />
LAMAN WEB RASMI KAMI: www.1manhajsalaf.blogspot.com<br />
<br />
http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf</div></div>..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-30795760262741214112011-12-11T19:47:00.001-08:002011-12-11T19:47:23.599-08:00Syeikh Al-Albani yang kami cintai (Rahimahullahu Ta'ala Amin)<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div><strong>Syeikh Al-Albani Yang Aku Cintai</strong><br />
<br />
Bila terdengar namanya Al-Albani,<br />
Semua pejuang Sunnah pasti mengenali,<br />
Walaupun diri belum pernahku ketemui,<br />
Sebut saja kitabnya pasti semua memuji,<br />
Dek kerana jihad mempertahankan SUnnah Nabi<br />
<br />
Ketika bumi ketandusan ulama Rabbani,<br />
Muncullah insan bernama Syeikh Al-Albani,<br />
Hadirnya dia bukan utk kepentingan diri mahupun kemashuran insani,<br />
Namun untuk berkhidmat utk agama Ilahi,<br />
<br />
Zaman silih berganti,<br />
Musuh agama tidak pernah sunyi,<br />
Al-Khawariji, Muktazili dan juga Syi’ie,<br />
Memakai jubah disebalik ujub pada diri,<br />
<br />
Kini bila tiba zaman kontemporari,<br />
muncul pula Al-Ghari,Al-Malinbari dan Al-Ahbasyi,<br />
mencari kesalahan tanpa cermin diri sendiri,<br />
bila bercakap hormat tidak sesekali,<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Kami bukan pengtaksub Al-Syafie,<br />
Apatah lagi Al-Albani,<br />
Kenapa harus berkali-kali,<br />
Mencari kesalahan manusia yg bukan Nabi,<br />
Tidaklah salah mengkagumi insan bernama Al-Albani,<br />
Tapi tampak salah bila tampil membangga diri,<br />
Nampak seperti hanya kalian yg lebih ilmiy..<br />
Walhal secebis kitab arabi belum pernah diwarnai<br />
Dari hasil dan titik peluh sendiri…<br />
<br />
Bersihkan minda dan hati,<br />
Kami bukan pengtaksub Al-Albani,<br />
Tapi kamii sekadar menumpang kebaikan dan ilmu Al-Albani,<br />
Andaipun sekali beliau byk kelemahan diri,<br />
Jauh sesekali kita dapat menandingi,<br />
Ibarat langit dan bumi,<br />
<br />
Ashabi wa zumalaie…<br />
Ini bukan syair taksub Al-Albani,<br />
Ini coretan bingkisan yg hina disisi Ilahi,<br />
Aku percaya hadith ulama pewaris Nabi,<br />
Sudah tentu ianya dikalangan yg bernama Syeikh Al-Albani..<br />
<br />
Al-Fauzani,<br />
8.43pm 11/12/2011<br />
<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a1.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/375367_233540593383404_112895562114575_555413_1134724043_n.jpg" /><span class="caption"></span></span><br />
_____________________________________________________________________________<br />
<br />
INFORMASI<br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<br />
http://www.facebook.com/1manhajsalaf<br />
<br />
[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<br />
http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts<br />
<br />
LAMAN WEB RASMI KAMI: www.1manhajsalaf.blogspot.com<br />
<br />
http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf</div></div>..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-86373295276608010502011-11-27T19:02:00.000-08:002011-11-27T19:04:05.000-08:00Hadis Palsu : Membaca Doa Awal dan Akhir TahunDalam buku kecil <i>Majmuk Syarif</i> yg banyak tersebar dikalangan masyarakat, disebutkan tentang kelebihan membaca doa di akhir dan awal tahun mengikut kiraan Hijrah. Malang sekali, amalan dan kelebihan yang dinyatakan tidak bersumberkan hadis sahih dan ia adalah palsu.<br />
<br />
Dinyatakan dalam buku tersebut :<br />
<br />
“inilah doa akhir tahun iaitu hendaklah dibaca 3 kali pada akhir waktu asar 29 atau 30 haribulan Zulhijjah. Siapa membaca doa ini pada waktu tersebut, syaitan berkata “susah bagiku dan sia-sialah pekerjaanku pada setahun ini kerana dibinasakan dengan satu akibat membaca doa-doa ini, maka Allah mengampunkan semua dosanya”<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Kemudian dinyatakan dalam buku tersebut teks doa khusus yang perlu di baca pada akhir tahun<br />
<br />
Sementara kelebihan doa awal tahun pula dinyatakan :<br />
<br />
“inilah doa awal tahun iaitu hendaklah dibaca 3 kali selepas sembahyang Maghrib pada malam satu haribulan Muharam. Siapa membacanya, sesungguhnya syaitan berkata : “ia sudah amanlah anak Adam ini daripada aku barang yang tinggal daripada umumnya pada ini tahun kerana sesungguhnya Allah sudah mewakilkan dua malaikat memeliharanya daripada fitnah syaitan, inilah doanya”<br />
<br />
Dinyatakan juga teks doa khusus yang perlu dibaca pada awal tahun<br />
<br />
<b>Ulasan Sarjana</b><br />
<br />
<b>Jamaludin al-Qasimi</b> di dalam Islah al-Masajid berkata :<br />
“Doa ini adalah doa yang direka dan bukan berasal darioada Nabi Muhammad. Ia juga bukan berasal daripada para sahabt, tabii’n dan tidak direkodkan dalam buku-buku musnad sehinggakan ianya tidak wujud dalam dalam buku maudhuat (buku yang mengumpulkan hadis palsu). Doa ini hanya dicipta oleh syeikh jadi-jadian. Dan perkataan “Berkatalah syaitan berkata “susah bagiku dan sia-sialah pekerjaanku pada setahun ini kerana dibinasakan dengan satu akibat membaca doa-doa ini” merupakan suatu pembohongan yang sangat besar ke atas Allah dan Rasul-Nya”<br />
<br />
<b>Sekilas Pandang</b><br />
<br />
Berdoa adalah ibadah yang dituntut dalam Islam. Apabila doa termasuk dalam perkara ibadah, ia mestilah dilakukan dengan mengikut syarat-syarat penerimaan ibadah yang ditetapkan oleh para sarjana. Antaranya, dua syarat utama yang mesti dipatuhi :<br />
<br />
<b>Pertama : ibadat tersebut dilakukan dengan penuh ikhlas hanya kerana Allah.</b><br />
<b>Kedua : ibadat tersebut mesti berpandukan syariat dan sunnah yang ditunjukkan oleh Rasulullah.</b><br />
<br />
Sekiranya salah satu daripada dua syarat asa ini tidak dipenuhi, apa sahaja ibadat tidak diterima oleh Allah.<br />
Menyentuh amalan membaca doa pada akhir dan awal tahun, sacara umumnya kita yakin mereka yang membaca doa tersebut membacanya dengan ikhlas demi mendapatkan ganjaran dan kebaikan daripada Allah.<br />
<br />
Namun, ikhlas sahaja tidak mencukupi kerana syarat kedua mesti diteliti. Adakah amalan membaca doa ini dilakukan dalam majlis khas, pernah dilakukan oleh Rasulullah atau para sahabat beliau? Apakah doa-doa dengan segala kelebihan dijanjikan itu pernah disebut oleh beliau?<br />
<br />
Sesudah dikaji oleh para sarjana, ternyata doa tersebut dan segala kelebihan yang dinyatakan adalah rekaan manusia semata-mata. Rasulullah tidak pernah menjanjikan kelebihan tersebut. Bagaimana manusia lain boleh memberi jaminan siapa yang melakukan amalan tersebut akan mendapat kelebihan tersebut?<br />
<br />
Adakah pahala dan kelebihan-kelebihan tertentu itu mampu diberikan oleh manusia? Sedangkan Rasulullah sendiri tidak mampu untuk memberi pahala kepada manusia lain.<br />
<br />
Segala ganjaran pahala dan kelebihan-kelebihan tertentu yang dijanjikan oleh Rasulullah adalah berdasarkan wahyu yang disampaikan kepadanya sahaja. Apakah ada manusia lain selepas Rasulullah turut mendapat wahyu sehingga melayakkan dirinya menjanjikan pahala dan ganjaran tertentu?<br />
<br />
Oleh sebab itu, semua amalan dan ganjaran tertentu terhadap suatu amalan mesti berdasarkan dalil daripada Al-Quran dan hadis sahaja. Ini kerana, hanya Allah layak menjanjikan dan berhak memberikan pahala serta ganjaran kepada hamba-hamba-Nya yang melakukan ketaatan.<br />
<br />
Dikalangan manusia pula, hanya Rasulullah yang berhak untuk menjanjikan sebarang kelebihan terhadap amalan tertentu, kerana beliau sahaja yang diberikan wahyu oleh Allah. Adapun kita manusia biasa ini tidak berhal mencipta sebarang bentuk ibadah dan menjanjikan ganjaran melainkan kita hanya disuruh untuk menyampaikan apayang dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya berdasarkan dalil-dalil yang sahih.<br />
<br />
Jika kita ingin berdoa untuk kesejahteraan dan kebaikan hidup, berdoalah pada bila-bila masa sahaja tanpa mengkhususkan waktu dan diadakan dalam majlis khas.<br />
<br />
Cuma jika kita ingin memilih waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa, ia tidak menjadi kesalahan kerana waktu mustajab doa itu adalah berdasarkan dalil-dalil yang benar.<br />
<br />
Jangan pula ada yang tersalah faham bahawa tidak boleh atau salah untuk berdoa demi kebaikan dan kesejanteraan hidup. Berdoa dan pohonlah segala hajat kita, kerana Dia adalah Tuhan Yang Maha Mendengar akan permintaan hamba-hamba-Nya.<br />
<br />
Apa yang penting, pastikan doa dan ibadah kita dilakukan dengan penuh ikhlas dan menepati syariat dan sunnah yang ditunjukkan oleh Rasulullah.<br />
<br />
sumber :<br />
<b>40 hadis Palsu Popular,</b><br />
<b>Abdul Razak Muthalib,</b><br />
<b>PTS Islamika Snd Bhd.</b><br />
<br />
<span class=""></span><br />
<span class=""></span><br />
<span class=""></span><br />
<span class=""></span><br />
<span class=""></span><br />
<span class=""></span><br />
<span class=""></span><br />
<span class=""></span><br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a2.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc7/386100_2493877759655_1634150483_2410058_135614451_n.jpg" /></span><br />
______________________________________________________________________________<br />
<br />
INFORMASI<br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<br />
http://www.facebook.com/1manhajsalaf<br />
<br />
[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<br />
http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts<br />
<br />
LAMAN WEB RASMI KAMI: www.1manhajsalaf.blogspot.com<br />
<br />
http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-63500465172943773152011-10-20T18:17:00.001-07:002011-10-20T18:17:39.373-07:00Hasan Al-Banna dan Dakwah Tauhid: Antara Dongeng Dan FaktaDiterjemahkan oleh: Abul Hussein<br />
<br />
Berkata Syeikh Hassan `Abdul Wahhab Al-Banna –hafizahullah- :<br />
<br />
Sesungguhnya telah menceritakan kepada kami sebahagian saudara-saudaraku yang terpecaya: telah berlaku pertemuan antara Hasan Al-Banna- rahimahullah- dan bersamanya sebahagian pemimpin-pemimpin Al-Ikhwanul Muslimin di Markaz Jamaah Ansarus Sunnah Al-Muhammadiah ( lorong 10 Ad-Damalisyah di `Abidin )- diantara Fadilatus Syeikh Muhammad Hamid Al-Faqi rahimahullah- Ketua Jamaah Ansaru Sunnah Al-Muhammadiah- dan bersamanya beberapa orang saudaranya, Hasan Al-Banna menawarkan kepada beliau untuk saling bekerjasama dalam urusan Dakwah, lalu Syeikh Hamid Al-Faqi bertanya kepadanya: " Kita nak berdakwah kepada apa? " Jawab Hasan Al-Banna: " Kepada Islam secara umumnya."<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Kata Syeikh Hamid: " Kita mulakan dahulu dengan mengasaskan dakwah kita atas Tauhid – Akidah Ahli Sunnah Wal Jama`ah- lalu Hasan Al-Banna menolak dengan berpaling katanya: " Kalau begitu manusia akan lari daripada kita".<br />
<br />
Dan kedua-duanya bertegar di atas prinsip masing-masing,kemudian mereka banyak kali bertemu dan tidak bersetuju,dan masing-masing daripada keduanya bersendirian dengan uslub(manhaj) yang masing-masing berjalan di atasnya.<br />
<br />
Dan diantara orang yang aku dengar daripada mereka kisah pertemuan ini ialah saudaraku Syeikh Muhammad,dan Al-Ustaz Ahmad Al-Gharib.<br />
<br />
Kata Syeikh `Abdul `Aziz `Asyur daripada bapanya:<br />
<br />
Sesungguhnya Syeikh Muhammad Hamid Al-Faqi telah bertemu dengan Hasan Al-Banna yang sedang duduk bersama-sama dengan sekumpulan imam-imam Mu`attilah( -pent-Golongan yang menafikan sifat-sifat Allah Ta`ala iaitu Asya`irah )lalu beliau berkata kepadanya: " Engkau seperti pencari kayu api di waktu malam yang gelap!!".<br />
<br />
Dan beliau berkata kepada Imam-imam Al-Mu`attilah: " Jangan kamu kata kamu menyembah Allah,sebenarnya sembahan kamu adalah sesuatu yang tiada sifat,dan Allah bagiNya ada nama-nama dan sifat-sifat yang thabit dalam Al-Kitab dan As-Sunnah"<br />
<br />
Berkata kepadaku Syeikh Fathi `Uthman- Sejarawan Ansaru Sunnah- Aku telah mendengar daripada salah seorang senior Ansaru Sunnah dan beliau ialah Al-Hajj Mahmud `Abdul `Aziz bahawasanya Syeikh Muhammad Hamid Al-Faqi rahimahullah suatu hari memberikan nasihat kepada Al-Ustaz Hasan Al-Banna dengan berkata: " Wahai Hasan!!,pilihlah ahli-ahli engkau, jangan engkau jadi seperti pencari kayu api di waktu malam yang mengumpulkan tali dengan ular!!.<br />
<br />
Jawab Hasan al-Banna: "Aku kumpulkan mereka kemudian aku akan kenalkan mereka( dengan akidah yang shahih )".<br />
<br />
Syeikh Al-Faqi berkata kepadanya: " Jika mereka sudah ramai mengikuti engkau maka mereka yang menguasai engkau."<br />
<br />
<br />
Komentar: Inilah hakikat dan gambaran sebenar dakwah Ikhwanul Muslimin terhadap Tauhid,maka seruan Tauhid atau Akidah yang dilaung-laungkan mereka sebenarnya hanyalah khayalan dan jauh daripada realiti yang ada baik semenjak zaman penubuhan mereka sehinggalah ke hari ini.Natijahnya sehingga hari ini Ikhwanul Muslimin mengumpulkan semua firqah di dalamnya baik Syiah Rafidhah,Jahmiyyah,Sufiyyah,Asya`irah,Muktazilah dan firqah-firqah sesat yang lain.<br />
<br />
Rujukan:<br />
<br />
<br />
Kitab Lamhaat `An Dakwah Al-Ikhwanul Muslimin oleh Syeikh Muhammad Hamid Al-Faqi, Syeikh Ahmad Muhammad Syakir, Syeikh `Abdul Rahman Al-Wakiil, Syeikh Mahmud Muhammad Syakir, Syeikh Muhammad `Abdul Wahhab Al-Banna dan Syeikh `Abdul Wahhab Al-Banna disusun dan dikumpulkan oleh Muhammad bin `Iwadh bin `Abdul Ghani. Halaman 28-29, Darus Sabilil Mukminin cetakan pertama 1431H/2010M Kaherah,Mesir.<br />
<br />
<br />
http://ibnabiashim89.blogspot.com/2011/10/hasan-al-banna-dan-dakwah-tauhid-antara.html<br />
______________________________________________________________________________<br />
<br />
<b>INFORMASI</b><br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/1manhajsalaf</li>
</ul>[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts</li>
</ul><b>LAMAN WEB RASMI KAMI:</b> www.1manhajsalaf.blogspot.com<br />
<br />
http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-16225671905080232402011-09-12T07:46:00.000-07:002011-09-12T07:46:09.441-07:00Arab Saudi Tali Barut Amerika & Israel?<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div><strong>Penanya:</strong><br />
<blockquote>“Syaikh, kami memiliki beberapa pertanyaan. Kami minta izin kepada Anda untuk menyebarkannya.”<br />
</blockquote><strong>Pertama ada pertanyaan yang berbunyi:</strong><br />
<strong></strong><br />
<blockquote>“Kami mendengar di sebagian media adanya celaan kepada negeri kita ini (Saudi ) dan pemerintahnya, khususnya di akhir-akhir ini. Hal ini terjadi setelah (kejadian) Israel menyerang Libanon. Beberapa komen yang akan keterlaluan hingga mereka menjadikan negara Saudi, Israel dan Amerika sebagai satu kelompok. Semuanya kafir dan saling berwala’ (berloyalitas).<br />
<br />
<br />
Maka apa komentar anda, sebab kami mengetahui bagaimana pemerintah kami mencintai Islam dan kaum Muslimin? (Pemerintah kami) juga mendakwahkan Islam yang benar lagi murni, bahkan diantara mereka (pemerintah) dan para ulama saling memberi nasihat dan musyawarah dalam agama.”<br />
<br />
<a name='more'></a></blockquote><strong>Maka jawab beliau:</strong><br />
Kekufuran itu adalah kalimat klasik yang biasa mereka lontarkan. Yang mereka ucapkan tidak lain adalah dusta. Tidak diragukan lagi bahwa kerajaan Saudi Arabia adalah yang menjadi target untuk diganggu oleh Amerika…<br />
<br />
Bukankah mereka telah menekan lembaga-lembaga sosial dan bercita-cita untuk menghentikan dan membekukan bantuan (kaum muslimin untuk muslimin).<br />
<br />
(Amerika) menghalangi usaha-usaha baik mereka (Arab Saudi) –semoga Allah melenyapkan kebongkakan Amerika dan menghancurkan kekuatannya-. Bukankah mereka menuduh para pembesar (negeri ini) sebagai pengganas?! Yaitu apa yang mereka ulurkan berupa sedekah untuk orang-orang fakir dari kaum muslimin dan pertolongan mereka terhadap yayasan-yayasan sosial di sana dalam mengajarkan ilmu.<br />
<br />
Maka yang mengatakan bahwa Saudi bersama Yahudi dan Amerika, tidak lain hal itu diucapkan oleh orang yang di hatinya ada kedengkian terhadap aqidah ini dan para pembawa serta pembelanya. Kedengkian-kedengkian itu hanya akan menjerumuskan pelakunya ke lembah kehinaan dan kejelekan.<br />
<br />
Tidak diragukan lagi… bahwa di dunia Islam tidak ada negara yang dapat memberikan bantuan melalui badan-badan dan lembaga-lembaga sosial seperti yang dilakukan oleh negara ini , baik atas nama pemerintah ataupun pribadi.<br />
<br />
Saya tidak suka kalau disebut <em>“Israil (yang membantai-pent)”</em>, sebab Israil adalah nama lain dari Nabi Allah, Ya’qub alaihissalam.<br />
<br />
Adapun mereka, (yang membantai), adalah keluarga para babi dan monyet… Tidak diragukan lagi bahwa mereka adalah <strong>Yahudi</strong>, bukan Israil. Tapi mereka menggunakan nama itu. Kemudian menjadi kesalahan dari ummat ini, baik itu negara Islam atau yang menjadikan Islam sebagai simbolnya menamakan mereka dengan nama Israil.<br />
<br />
Negara Yahudi menamakan dirinya dengan Israil, yakni di atas dasar keyahudian. Dan tidak diragukan lagi bahwa setiap orang yang berakal di dunia ini, apakah dari Nasrani di Barat ataupun orang kafir di Timur, melainkan dia tahu bahwa Amerika sangat gigih untuk melecehkan dunia Islam –diantaranya termasuk Arab Saudi–.<br />
<br />
Namun –dengan pertolongan Allah sajalah– dikarenakan kita berpegang teguh kepada agama kita yang benar dan kita menggigitnya –dengan gigi geraham kita– secara jujur, serta kita mengikhlaskan amal kita untuk Allah. Maka Allah menolong hamba-hambanya yang beriman. Tidak ada penyebab terlambat datangnya pertolongan Allah melainkan karena kehinaan hamba-hamba-Nya tersebut, yakni disaat mereka menyia-nyiakan agamanya.<br />
<br />
Maka kita mohon kepada Allah agar menampakkan kekuasaan-Nya -dengan segera tanpa ditunda- atas Amerika yang akan membahagiakan kaum mukminin…Iya.”<br />
<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a7.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/320949_193385377398926_112895562114575_448136_1321146451_n.jpg" /><span class="caption"></span></span><br />
<br />
<strong>Penanya:</strong><br />
<blockquote>“Jazakallahu khairan, Syaikh.”</blockquote><br />
<strong>Ada penanya berkata:</strong><br />
“Syaikh Shalih bin Muhammad Al Luhaidan yang mulia, semoga Allah menjaga Anda dan membimbing Anda. Tidak tersamarkan atas Anda berbagai kondisi yang dialami kaum muslimin di dunia Islam, terjadi berbagai fitnah dan peperangan. Khususnya peperangan yang terjadi antara Yahudi dan kelompok Hizbullah yang merupakan kelompok Syi’ah di Libanon. Maka apa sikap seorang muslim terhadap peperangan ini?<br />
<br />
<br />
Sebab kita mendengar adanya ajakan untuk berjihad bersama mereka dan mendo’akan kemenangan untuk mereka ketika qunut.<br />
<br />
Kaum muslimin menjadi bingung terhadap hal ini. Maka apa pengarahan dari Anda?”<br />
<br />
<br />
<strong>Jawab:</strong><br />
<br />
“Tidak diragukan lagi bahwa kelompok yang menamakan dirinya dengan Hizbullah (kelompok Allah-pent) adalah Hizbur Rafidhah (kelompok rafidhah). Dan Rafidhah telah diketahui (kesesatannya-pent) dan telah diketahuinya (sesatnya) manhaj metode mereka. Hakikat mereka adalah mereka menganggap mayoritas Ahlus Sunnah…(bahwa-pent) semua Ahlus Sunnah adalah orang kafir. Inilah mereka dan perkara ini tidaklah samar bagi orang yang menelaah buku-buku mereka.<br />
<br />
Maka kita berlindung kepada Allah, jika kebenaran menolong dan membela mereka serta membantu mereka, hal itu akan membuat mereka semakin kuat. (Ingatlah) mereka bagian dari Iran. Tidak ragu lagi (benarnya-pent). Hanya saja ucapan pemimpin Mesir, bahwa Syi’ah yang ada di negara itu berbeda dengan Iran. Sesungguhnya kecondongan dan Iman mereka bersama Iran.<br />
<br />
Namun manusia jika mereka ditimpa musibah, hendaknya mereka berusaha untuk mengobatinya dengan apa yang tepat dijadikan sebagai obat berbagai kondisi tersebut.<br />
<br />
Adapun apa yang menimpa Libanon secara umum, kalau tidak bisa dikatakan semua, dalangnya adalah kelompok ini. Mereka yang menamakan dirinya dengan kelompok Allah (Hizbullah), sebenarnya mereka adalah Hizbusy Syaithon (Kelompok/Partai Setan) ! Sekian.<br />
<br />
(Fatwa ini adalah kutipan fatwa suara syaikh Shalih Al Luhaidan ketika menjawab dua pertanyaan saat Daurah Imam Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah. URL Sumber http://www.sahab.net/forums/showthread.php?t=337317. Fatwa ini diterjemahkan oleh Al Ustadz Abu Mu’awiyah Muhammad Ali bin Ismail al Medani)<br />
Artikel Asal dan Transkrip dalam bahasa Arab<br />
<br />
http://ulamasunnah.wordpress.com/2008/03/24/apakah-kerajaan-saudi-arabia-berjalan-bersama-yahudi-dan-amerika/<br />
______________________________________________________________________________<br />
<br />
<strong>INFORMASI</strong><br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/1manhajsalaf</li>
</ul>[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts</li>
</ul><strong>LAMAN WEB RASMI KAMI:</strong> www.1manhajsalaf.blogspot.com<br />
<br />
http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf</div></div>..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-64788263705941282072011-09-04T17:57:00.001-07:002011-09-04T17:57:25.138-07:00Benarkah JIHAD NAFSU adalah Jihad Terbesar? atau sebaliknya?<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div><strong>Kita telah pulang dari jihad yang kecil ( peperangan) dan kita menuju kepada jihad yang lebih besar/paling besar. Para sahabat berkata: Apakah jihad yang paling besar? Rasulullah berkata: Jihad menentang hawa nafsu.</strong><br />
<strong> </strong><br />
<span><strong> Kedudukan Hadis:</strong></span><br />
<span><strong></strong></span><br />
<span> Hadis ini telah dinilai sebagai hadis dhaif oleh Syuaib al Arnaouth ketika beliau menyemak hadis-hadis di dalam buku <em>Jami’ al ‘Ulum Wa al Hikam</em> tulisan Ibn Rajab al Hanbali</span>[35]<span>.Beliau telah mengambil pandangan Ibnu Hajar al Asqalani yang menyatakan bahawa kata-kata ini ialah kata-kata seorang ulama tabiin yang bernama Ibrahim Bin ‘Ablah. </span><br />
<span></span><br />
<span> Menurut al Albani dalam <em>Silsilah al Ahadith al Dhaifah</em>: Mungkar. Al Albani telah menukilkan kata-kata Ibnu Taimiyyah (728H) dalam <em>Majmu’ al Fatawa</em>: </span><br />
<br />
<span> Tidak ada asalnya (hadis tersebut) dan tidak diriwayatkan oleh pakar-pakar yang mengetahui tentang kata-kata Nabi SAW dan perbuatan baginda. Dan memerangi orang-orang kafir (jihad) adalah sebesar-besar amalan bahkan merupakan amalan yang terbaik yang dilakukan oleh seseorang manusia</span>[36]<span>. </span><br />
<strong> </strong><br />
<a name='more'></a><br />
<strong> <span> Ulasan:</span></strong><br />
<br />
Hadis ini boleh menyebabkan sebahagian umat Islam tersalah anggap lantas memperkecilkan kefardhuan jihad dan keagungan pahala mereka yang berjihad sebagaimana yang telah disebutkan di dalam Al Quran dan hadis-hadis sahih. Hadis ini sering digunakan oleh mereka yang bercakap atas nama kesufian untuk menunjukkan betapa pentingnya jihad melawan kehendak hawa nafsu. Tiada siapa yang menafikan perlunya kita melawan nafsu yang ingin mengajak ke arah maksiat dan sudah sedia ada di dalam hadis-hadis sahih tentang kepentingan mujahadah menentang kehendak nafsu ini seperti hadis Nabi SAW:<br />
<strong> <span> </span></strong><br />
<span> Maksudnya: <strong>Orang yang berjihad ialah yang berjuang menentang kehendak dirinya (yang buruk)</strong></span>[37]<span>. </span><br />
<br />
<span> Tetapi hadis ini tidaklah sampai bermaksud seperti yang digambarkan oleh hadis palsu tadi sehingga ke tahap menjadikan peperangan itu kecil dan melawan nafsu lebih besar mengatasi segalanya. Firman ALLAH:</span><br />
<span> </span><br />
<span> Maksudnya <strong>: Orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad pada jalan ALLAH dengan diri mereka sendiri dan harta mereka lebih besar pahalanya (dari orang yang hanya memberikan harta dan tidak pergi ke medan peperangan) di sisi ALLAH dan itulah orang-orang yang berjaya</strong></span>[38]<span>. </span><br />
<br />
Di dalam Islam terdapat pelbagai jenis jihad dan di antaranya ialah jihad peperangan mempertahankan Islam daripada musuh, jihad dalam menuntut ilmu, jihad membangunkan ekonomi, jihad menentang hawa nafsu yang menjurus ke arah maksiat dan lain-lain lagi. Namun begitu, hadis yang disebutkan tadi adalah dhaif atau lebih rendah kedudukannya dan kita dilarang menggunakan hadis sedemikian dalam menyatakan sesuatu hukum. Marilah kita menggunakan hadis-hadis sahih dalam menentukan sesuatu perkara atau hukum. Inilah perkara yang telah disarankan oleh para ulama sejak dahulu hingga kini.<br />
<br />
<span>[35]</span><span><em>Jami’ al Ulum Wa al Hikam</em> – Ibnu Rejab al Hanbali – jilid 1 – muka surat 489. </span><br />
<br />
<span>[36]</span><span>Diambil daripada huraian al Albani dalam <em>Silsilah al Ahadith ad Dhaifah wa al Maudhu’ah</em> – hadis no. 2460. </span><br />
<br />
<span>[37]</span><span>Hadis sahih riwayat al Tirmizi (hadis no. 1621) dan disahihkan oleh al Tirmizi serta disokong oleh al Albani. </span><br />
<br />
<span>[38]</span><span>Surat at Taubah – ayat 20. </span><br />
<br />
http://hafizfirdaus.com/ebook/20asashadis/isu20.htm<br />
______________________________________________________________________________<br />
<br />
<strong>INFORMASI</strong><br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/1manhajsalaf</li>
</ul>[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts</li>
</ul><strong>LAMAN WEB RASMI KAMI:</strong> www.1manhajsalaf.blogspot.com<br />
<br />
http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf</div></div>..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-27316256852645570212011-08-29T02:23:00.001-07:002011-08-29T02:23:29.436-07:00Hadis-hadis yang berkaitan dengan menghidupkan malam 'Iedul Fitri<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div>Setelah diteliti, banyak hadis-hadis yang lemah bahkan palsu yang disajikan sempena menjelangnya ‘Iedul Fitri ini. Mudah-mudahan risalah ini dapat menjelaskan kedudukan fadilat dan status hadis-hadis tersebut.<br />
<br />
[Hadis pertama]<br />
<br />
من أحيا ليلة الفطر و ليلة الأضحى ، لم يمت قلبه يوم تموت القلوب<br />
<br />
Barangsiapa yang menghidupkan Lailatul (malam) Fitri & Adha, maka hatinya tidak akan mati pada hari dimatikan hati-hati. (<strong>Maudhu’ (palsu)</strong>: diriwayatkan oleh at-Thabrani. Dilemahkan oleh al-Haitsami dan dinilai palsu oleh Syaikh Albani.)<br />
<br />
[Hadis kedua]<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
من قام ليلتي العيدين محتسبا لله ، لم يمت قلبه يوم تموت القلوب<br />
<br />
Barangsiapa yang menghidupkan dua malam hari raya (‘Iedain –fitri & Adha) dengan mengaharapkan pahala dari Allah, tidak akan dimatikan hatinya pada hari dimatikan hati-hati. (<strong>Sangat Lemah</strong>: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, disebutkan di dalam az-Zawaid “isnadnya dhaif kerana tadlisnya Baqiyah”. Al-Iraqi berkata, “Isnadnya lemah”.)<br />
<br />
Dan banyak lagi hadis-hadis yang senada dengan hadis ini yang menerangkan tentang kelebihan malam 'Ied. Kata Ibn Taimiyyah: “Hadis-hadis yang disebut tentang (menghidupkan malam) pada dua hari raya adalah dusta ke atas Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam”.<br />
<br />
<strong>Jadi apa yang perlu dilakukan malam 'Iedul Fitri?</strong><br />
<br />
Dari Abdullah bin Amru al-‘Ash raiyallahu ‘anhu dia berkata, Telah berkata kepada ku Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam,<br />
<br />
( يا عبد الله لا تكن مثل فلان كان يقوم الليل فترك قيام الليل ( رواه البخاري ومسلم والنسائي وغيرهم<br />
<br />
Wahai Abdullah, janganlah kamu jadi seperti si fulan, dia melakukan qiyamullail (secara berlebihan pada sebahagian malam), dan meninggalkan qiyamullail (pada malam berikutnya). Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, an-Nasaie dan selain mereka.<br />
<br />
Kesimpulannya, malam-malam apa pun jangan ditinggalkan qiyamullail. Ada pun jika kita ingin menghidupkan solat malam pada malam 'Iedul Fitri, silakanlah lakukan semahu anda tetapi perlu dibatasi dengan petunjuk rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Al-‘Allamah Ibnu as-Sa’di berkata, jika kita mahu hidupkan solat malam secara sendirian pada malam ‘Ied maka itu yang disukai oleh para ulama. Namun jika ingin dilakukan secara berjemaah di masjid seperti yang dilakukan semasa solat terawih, maka hal itu tidak ada contohnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ianya tertolak dan dibenci.<br />
<br />
[Rujukan hadis Silsilah Ahadis adh-Dhaifah no. 520 & 521]<br />
<br />
Oleh: Ismail Faruqi Bahaman<br />
______________________________________________________________________________<br />
<br />
<strong>INFORMASI</strong><br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/1manhajsalaf</li>
</ul>[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts</li>
</ul><strong>LAMAN WEB RASMI KAMI:</strong> www.1manhajsalaf.blogspot.com<br />
<br />
http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf</div></div>..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-25590882122786982482011-08-25T02:31:00.001-07:002011-08-25T02:31:50.779-07:00Masalah Kencing tak Lawas menganggu Solat.<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div><strong>Soalan:</strong> Saya seorang yang mengalami masalah kecing tidak lawas, kerap kali terganggu ketika menunaikan solat. Jadi, apakah cara untuk saya mengubatinya?<br />
<br />
<strong>Jawapan:</strong><br />
<strong>1.</strong> Cuci kemaluan setiap kali ingin solat.<br />
<strong>2</strong>. Berwudhu.<br />
<strong>3.</strong> <span class="fbUnderline">Balut kemaluan dengan sesuatu.</span><br />
<strong>4. </strong><span class="fbUnderline">Bersolatlah walaupun air kencing tersebut masih meleleh.</span><br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Isu was2 dlm solat. Baca<strong> a'uzubillahi minashyaithonirrajim</strong>, kemudian<strong> ludah sebelah kiri 3 kali. Yakni seolah2 meludah</strong>. Berdasarkan <em>hadis uthman bin Abi al'ash Wallaahua'lam.</em><br />
<br />
*Jawapan oleh Ustaz Abu Islam Fathul Bari.<em> </em><br />
______________________________________________________________________________<br />
<br />
<strong>INFORMASI</strong><br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/1manhajsalaf</li>
</ul>[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts</li>
</ul><strong>LAMAN WEB RASMI KAMI:</strong> www.1manhajsalaf.blogspot.com<br />
<br />
http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf</div></div>..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-1013169361398576222011-08-12T23:18:00.000-07:002011-08-12T23:18:14.958-07:00Syaitan diikat tetapi maksiat masih dibuat?<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div>Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:<br />
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ<br />
Ertinya:<strong> "Jika datang bulan Ramadan, dibukakan pintu-pintu Syurga dan ditutup pintu-pintu neraka dan dirantai Syaitan-syaitan". </strong>[HR Muslim, Al-Nasai, Ahmad, Malik]<br />
<br />
Banyak dalam kalangan kita akan tertanya-tanya jika benar Syaitan sudah dirantai kenapa masih ada maksiat dan kejahatan yang berlaku?<br />
Maka dalam menjawab persoalan ini berikut penjelasan para Ulama berkenaannya:<br />
<br />
<strong>Kata Imam al-Qurtubi r.h</strong> sebagaimana yang dinukil oleh Imam al-Sayuti r.h dalam Hasyiah beliau atas Sunan al-Nasai:<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
أَنَّهَا إِنَّمَا تُغَلُّ عَنِ الصَّائِمِينَ الصَّوْمَ الَّذِي حُوفِظَ عَلَى شُرُوطِهِ وَرُوعِيَتْ آدَابُهُ أَوِ الْمُصَفَّدُ بَعْضُ الشَّيَاطِينِ وَهُمُ الْمَرَدَةُ لَا كُلُّهُمْ وَالْمَقْصُودُ تَقْلِيلُ الشُّرُورِ مِنْهُمْ فِيهِ وَهَذَا أَمْرٌ مَحْسُوسٌ فَإِنَّ وُقُوعَ ذَلِكَ فِيهِ أَقَلُّ مِنْ غَيْرِهِ إِذْ لَا يَلْزَمُ مِنْ تَصْفِيدِ جَمِيعِهِمْ أَنْ لَا يَقَعَ شَرٌّ وَلَا مَعْصِيَةٌ لِأَنَّ لِذَلِكَ أَسْبَابًا غَيْرَ الشَّيَاطِينِ كَالنُّفُوسِ الْخَبِيثَةِ والعادات القبيحة وَالشَّيَاطِين الانسية<br />
<br />
Maksudnya: <strong>"Bahawa ianya (yakni Syaitan) diikat daripada (mengganggu) orang-orang yang berpuasa dengan puasa yang terjaga syarat-syaratnya dan diraikan padanya adab-adabnya atau yang dirantai itu sebahagian Syaitan iaitulah yang 'ganas' daripada mereka bukan semuanya dengan tujuan mengurangkan kejahatan daripada mereka. Perkara ini (mengurangkan kejahatan) adalah sesuatu yang dirasai kerana berlakunya kejahatan padanya (Ramadan) adalah kurang berbanding pada selainnya. Demikian juga tidak semestinya jika diikat semua mereka (syaitan) tidak akan berlaku kejahatan dan maksiat kerana bagi berlaku kejahatan itu sebab-sebab yang bukan datang daripada Syaitan seperti jiwa yang jahat dan adat kelakuan yang buruk dan syaitan-syaitan manusia".</strong> [Hasyiah Sayuti 'ala Sunan al-Nasai, 4/128-129].<br />
<br />
<strong>Kata Imam Nuruddin al-Sindi r.h:</strong><br />
<br />
وَلَا يُنَافِيهِ وُقُوع الْمعاصِي إِذْ يَكْفِي فِي وجود الْمعاصِي شرارة النَّفس وخباثتها وَلَا يلْزم ان تكون كل مَعْصِيّة بِوَاسِطَة شَيْطَان والا لَكَانَ لكل شَيْطَان شَيْطَان ويتسلسل وَأَيْضًا مَعْلُوم أَنه مَا سبق إِبْلِيس شَيْطَان آخر فمعصيته مَا كَانَت الا من قبل نَفسه وَالله تَعَالَى أعلم<br />
<br />
Maksudnya: <strong>"dan perkara ini (diikatnya Syaitan) tidak menafikan berlakunya maksiat kerana cukuplah untuk adanya maksiat itu kejahatan nafsu dan tidak semestinya semua kemaksiatan itu berlaku dengan perantara syaitan kerana jika tidak tentulah bagi setiap syaitan akan ada syaitan lain pula (untuk menghasutnya) dan akan berterusan (yakni: perlu pula bagi syaitan itu syaitan yang lain lagi dan seterusnya dan ini mustahil –pent-) demikian juga diketahui bahawa tidak ada sesiapa pun yang mendahului Iblis daripada syaitan maka maksiatnya (Iblis) tidaklah berlaku melainkan daripada dirinya sendiri wallahua'lam". </strong> [Hasyiah al-Sindi 'ala Sunan al-Nasai, 4/126-127].<br />
<br />
Mudah-mudahan jawapan-jawapan ini memberikan pencerahan dan menjawab persoalan yang terbuku dalam jiwa sebahagian kita. Walaupun ada sebahagian Ulama mentafsirkan hadis ini dengan makna majaz namun yang kuat dan sesuai dengan usul Ahlus Sunnah wal Jamaah yang asal, bahawa nas-nas wahyu hendaklah dibawa pada makna hakikat dan zahirnya selagi mana tidak ada dalil yang lain mengalihkannya dan dalam konteks hadis ini tidak ada dalil yang kuat mengalihkannya dari makna zahir dan membawa hadis ini atas makna zahir bukanlah sesuatu yang mustahil. Wallahua'lam.<br />
<br />
<strong>Oleh: Muhammad Asrie bin Sobri</strong><br />
<strong>www.1manhajsalaf.blogspot.com</strong></div></div>..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-16776835230677846772011-08-10T20:25:00.000-07:002011-08-10T20:25:02.555-07:00Antara Islam Masuk Gereja dan Kafir Masuk Masjid<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div><em>(tulisan ini merupakan pendapat peribadi, tidak mewakili mana-mana pihak melainkan diri penulis sendiri. Sekiranya tulisan ini mengandungi fitnah atau celaan yang tidak berhak, penulis sedia menarik balik mana-mana bahagian yang tidak bersesuaian itu)</em><br />
<br />
<strong>Kisah Manusia Bijak</strong><br />
<br />
Manusia tidak bijak dalam semua hal. Boleh jadi kita bijak dalam beberapa hal dan bodoh dalam beberapa hal yang lain. Itu sebab dalam Islam kita disuruh untuk bertanya kepada orang yang tahu, “<em>Tanyalah kepada pakar, jika kamu tidak tahu.”</em><br />
<br />
Orang-orang yang bijak tahu apa yang mereka tahu dan tahu juga apa yang mereka tidak tahu. Salah satu tanda orang yang bijak ialah mengatakan tidak tahu untuk perkara-perkara yang mereka kuasai. Atau dijawab dengan<em> “Wallahuaklam”.</em><br />
<br />
Kita selalu dengar kisah seorang lelaki datang dari jauh membawakan 40 soalan untuk ditanyakan kepada Imam Malik bin Anas. Imam Malik diberi jolokan Imam Darul Hijrah membawa makna beliau antara orang yang alim dan bijak dari kalangan pendudukan Madinah yang dihuni orang ramai ilmuwan dan sarjana yang lain. Namun Imam Malik menjawab hanya beberapa soalan sahaja, dan menjawab “<em>saya tidak tahu</em>” dalam banyak soalan yang lain. Ini satu tanda orang yang bijak dan pintar, <em>“tahu apa yang mereka tidak tahu</em>.”<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Setelah usia dunia bertambah dan zaman batu berganti logam, manusia mula memberi ukuran kepada bijak dan pintar. Adanya sekolah dan universiti. Orang-orang bijak menurut sistem sekolah dan universiti dipakaikan ‘jubah’ dan gelar. Ada doktor dan professor. Lebih tinggi lagi ada professor emeritus dan beberapa lagi.<br />
<br />
Setinggi mana pun gelar yang mereka peroleh, itu bukanlah lesen buat orang-orang pintar ini untuk mengulas apa sahaja isu, apa sahaja kes. Setiap bidang punya pakar dan ahlinya masing-masing.<br />
<br />
Justeru menjadi falasi atau kekeliruan bagi orang awam apabila menelan sahaja pendapat atau fatwa dari orang yang bergelar doktor atau professor. Disangka semuanya benar-benar belaka. Walhal mungkin professor itu dari jurusan perubatan, namun mahu juga mengulas tentang resipi tomyam.<br />
<br />
<strong>Serbuan Jais ke Gereja</strong><br />
<br />
Baru-baru ini seorang ahli agama yang baru mendapat gelar professor madya membuat satu kesimpulan mudah terhadap isu serbuan Jais terhadap sebuah gereja. Katanya,<br />
<br />
<blockquote>“Pihak berkuasa agama bimbang apabila ada orang Islam pergi ke gereja. Risau nanti mereka terpengaruh dengan Kristian. “Peliknya kenapa dulu mereka menghalang orang bukan Islam masuk ke masjid? Apakah mereka juga bimbang bukan Islam terpengaruh dengan Islam?”<br />
</blockquote>Penat-penat menyelidik, menulis tesis dan mengembara seluruh benua mengaji, namun masih juga Allah mahu menunjukkan bahawa ilmu yang Allah titiskan di dunia ini masih sangat luas. Masih banyak ilmu yang belum kita ketahui berbanding yang kita tahu. Banyak ilmu juga tidak memberi jaminan kita tidak akan berbuat silap.<br />
<br />
Kalau boleh kita letak tepi dahulu soal hukum. Kerana yang pasti perbahasannya panjang. Ia tidak semudah satu campur satu. Hatta daging babi pun yang jelas haram dalam Al-Qur’an, tetap diberi kelonggaran dalam kes-kes tertentu untuk di makan. Inikan pula perbahasan Islam-masuk-gereja dan Kafir-masuk-masjid.<br />
<br />
(Baca soaljawab Jais : http://soaljawab.jais.gov.my/index.php?option=com_content&task=view&id=291&Itemid=91)<br />
<br />
Yang ingin dilontarkan ialah salah logik yang berlaku dalam hujah sang doktor ini. Ia jelas ketara bukan pertama kali. Bahkan sudah beberapa kali dalam beberapa kes yang lain. Seperti ada sesuatu yang menghalang beliau untuk berfikir dengan jernih dan jelas.<br />
<br />
Berdasarkan dalil-dalil yang sahih dari kedua kem penentang dan penyokong memasuki rumah ibadah, menunjukkan bahawa Islam tidak melarang secara mutlak orang kafir untuk masuk ke dalam masjid, begitu juga orang Islam memasuki gereja. Namun yang diberi perhatian ialah situasi dan keadaan. Dalam keadaan tertentu ia boleh jadi terlarang dan dalam keadaan yang lain ia boleh jadi dibenarkan.<br />
<br />
<strong>Salah Kaprah dalam Logik</strong><br />
<br />
<br />
Dalam kes orang kafir masuk masjid, yang menjadi permasalahnya ialah mereka dimuliakan. Bukan sahaja dimuliakan kerana berminat mendekati masjid atau menjadi tetamu. Bahkan mereka diberi kesempatan untuk berucap di dalam rumah ibadah dan menyampaikan sumbangan. Sedang dalam hadis Thumamah yang dijadikan dalil bolehnya orang kafir masuk masjid, orang kafir itu diikat di tiang masjid dalam keadaan yang hina. Perhatikan situasi bukan sekadar boleh atau tidaknya.<br />
<br />
Bimbang-bimbang kalau kaedah berfikir ini silap, esok-esok kalau ada orang tersesat dalam hutan tiada makanan, mereka akan sembelih babi untuk makan dan membawa balik lebihan daging itu untuk kaum-kerabatnya merasa. Alasannya, kerana darurat membenarkan. Haru! Dan lebih hari lagi jika mereka berdalil, tidak mahu membazir dari kelonggaran itu. Bukankah membazir itu saudara syaitan! Hari-biru! Menggunakan dalil yang benar untuk tempat yang salah.<br />
<br />
Manakala dalam kes orang Islam masuk gereja ini, kita percaya sebelum ini sudah banyak kali orang Islam yang sudah masuk gereka namun Jais tidak tangkap pun. Mungkin tukang kebun, atau boleh jadi tukang cuci-tukang sapu memasuki gereja untuk kerja-kerja mereka. Atau mana-mana ahli yang berhormat melawat kawasan dan singgah ke gereja untuk melawat orang-orang Kristian di dalamnya.<br />
<br />
Namun berbeza dengan kes ini, (walaupun masih dalam siasatan) tentu sahaja Jais punya maklumat dan motif lain untuk membuat serbuan. Bukan hanya sekadar kerana orang Islam memasuki gereja. Di sana ada dakwaan bahawa ada usaha-usaha untuk menyebarkan agama lain kepada umat Islam.<br />
<br />
<strong>Usaha Menyebarkan Agama Lain kepada Umat Islam</strong><br />
<br />
Dan hal ini sama sekali tidak boleh disangkal. Agama Kristian dari satu hal berkongsi cirri yang sama dengan agama Islam. Iaitu sifatnya menyebar. Penganut kedua-dua agama ini menyakini akan tanggungjawab untuk menyebarkana agama mereka.<br />
<br />
Seorang pendakyah Kristian Amerika menulis sebuah buku menjelaskan misi dakyahnya, dalam buku,<br />
<blockquote>“Mission work has been carried on among the people of the Dutch possessions inMalaysiasince 1603. The results have not been very gratifying, owing partly to the methods adopted and partly to the opposition of the government to the use of aggressive measures in evangelization. Dr. Callenbach, a Dutch authority, says that in 1900 there were ” some 41 European clergymen and evangelists, aided by 355 ordained natives, native preachers and teachers, working among 234,073 natives of the undenominational Protestant Church of the East Indies.”<br />
</blockquote><em>(THE MALAYSIA MISSION OF THE METHODIST EPISCOPAL CHURCH, : The Rev. JOHN RUSSELL DENYES, MISSIONARY, SINGAPORE MALAYSIA, 1869)</em><br />
<br />
<br />
Sedangkan anak gadis ditepi jalan pun ada yang didakwahi, ibarat ‘<em>ikan dihidang kepada kucing</em>’ apabila ada orang Islam yang sanggup hadir ke geraja pada acara rasmi gereja. Ini yang kabur pada mata tuan doktor. Semoga Allah melapangkan dadanya dan mencerahkan matanya untuk melihat.<br />
<br />
Sekali lagi isunya bukan semudah masuk masjid atau masuk gereja. Ianya lebih detil dari itu.<br />
<br />
Oleh Mohd Riduan Khairi<br />
http://ikatkata.wordpress.com/2011/08/10/antara-islam-masuk-gereka-dan-kafir-masuk-masjid/<br />
______________________________________________________________________________<br />
<br />
<strong>INFORMASI</strong><br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/1manhajsalaf</li>
</ul>[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts</li>
</ul><strong>LAMAN WEB RASMI KAMI:</strong> www.1manhajsalaf.blogspot.com<br />
<br />
http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf</div></div>..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-6376947518304232122011-08-03T19:55:00.001-07:002011-08-03T19:55:51.989-07:00HUKUM TAZKIRAH TARAWIH.<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div><strong>Soalan: </strong>Kami di Kuwait mengadakan Mau'izah (ceramah/tazkirah) selepas empat rakaat daripada solat qiam (tarawih), adakah ianya diperbolehkan dan jika boleh bagaimanakah cara yang sewajarnya dilakukan?<br />
<br />
<strong>Jawapan:</strong><br />
Pada pandangan saya hendaklah ianya <strong>TIDAK DILAKUKAN</strong> kerana:<br />
<br />
Pertama: Ianya tidak berasal daripada petunjuk Salaf<br />
<br />
Kedua: Bahawa sebahagian manusia suka untuk melakukan Tahajjud maka dia hendak segera pulang ke rumahnya, maka dengan mengadakan (tazkirah) ini akan menyebabkan adanya halangan, membosankan mereka, dan memaksa mereka untuk mendengar mau'izah ini sedangkan mau'izah itu jika tidak diterima maka mudaratnya lebih besar daripada manfaatnya.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Oleh sebab ini Nabi sallallahu 'alaihi wa 'ala Alihi wa Sallam menjarakkan masa mau'izah kepada para Sahabat serta tidak memberatkan mereka dan tidak mengulang-ulang. Maka aku berpendapat meninggalkannya (tazkirah) lebih utama.<br />
<br />
Jika Imam hendak memberikan juga nasihat dan peringatan ini maka hendaklah dilakukan pada akhir sekali setelah selesai kesemua solat supaya orang ramai mempunyai pilihan sama ada untuk mendengar atau untuk bersurai.<br />
<br />
<strong>Sumber: Liqa' Bab al-Maftuh, 5/227 </strong><br />
<br />
<strong>OLEH: FAQIH AL-ZAMAN IBN USAIMIN R.H</strong><br />
<strong>TERJEMAHAN: MUHAMMAD ASRIE B. SOBRI</strong><br />
<br />
______________________________________________________________________________<br />
<br />
<b>INFORMASI</b><br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/1manhajsalaf</li>
</ul><br />
[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts</li>
</ul><br />
<b>LAMAN WEB RASMI KAMI:</b> www.1manhajsalaf.blogspot.com<br />
<br />
http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf<br />
<strong></strong></div></div>..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-43469491825927913242011-08-03T19:53:00.000-07:002011-08-03T19:53:56.931-07:00JANGAN LAKUKAN HAL INI KETIKA BERPUASA!SIA-SIA SAHAJA!<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div>Orang yang berpuasa ialah orang yang menahan dirinya dari melakukan dosa dan maksiat, antaranya:<br />
<br />
<strong>Rasulullah SAW bersabda:</strong><br />
<strong></strong><br />
<br />
<em>“Barangsiapa yang tidak dapat meninggalkan perkataan (kata-kata) kotor dan mengerjakannya, serta tidak dapat meninggalkan kebodohan, maka tidak ada perlunya bagi Allah (memberi pahala), sekalipun dia telah meninggalkan makan dan minumnya.” </em><br />
<em></em><br />
<br />
[HR Bukhari, Tirmizi, Abu Daud, al-Baghawi dan selain mereka.]<br />
<br />
<strong>Rasulullah SAW bersabda:</strong><br />
<strong></strong><br />
<br />
<em>“Bukanlah berpuasa itu berpuasa dari makan dan minum, tetapi puasa ialah menahan diri dari perbuatan sia-sia dan keji. Jika ada seseorang yang mencela kamu, katakanlah: Aku berpuasa, aku sedang berpuasa.” </em><br />
<em></em><br />
<br />
<a name='more'></a><br />
[HR Ibnu Khuzaimah dalam Sahihnya (1996). Al-Hakim (1/431-432). Sanadnya adalah sahih. Disahihkan oleh Albani dalam Sahih al-Jami’ (5376).<br />
<br />
<strong>Rasulullah SAW bersabda:</strong><br />
<strong></strong><br />
<br />
<em>“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan yang keji dan dusta, maka Allah tidak memerlukan untuk dia meninggalkan makan dan minumnya.” </em><br />
<em></em><br />
<br />
[HR Tabrani dalam Al-Mu’jam As-Saghir dan Al-Mu’jam Al-Aust.]<br />
<br />
<strong>Rasulullah SAW bersabda:</strong><br />
<strong></strong><br />
<br />
<em>“Alangkah ramai orang yang berpuasa, namun bahagian yang diperolehi dari puasanya hanyalah lapar dan haus (dahaga) sahaja.” </em><br />
<em></em><br />
<br />
[HR Baihaqi (4/270) dari jalan Said al-Maqbari dari Abu Hurairah dengan sanadnya yang sahih. Diriwayatkan juga oleh Ibnu Majah (1/539).Darimi (2/211). Ahmad (2/441,373). Albani dalam Sahaul Jami’ (3490).]<br />
<br />
Walaupun perbuatan tersebut tidak membatalkan puasa tetapi telah ditetapkan oleh Allah <em>‘Azza wa-Jalla</em> bahawa perbuatan tersebut menjadikan puasa seseorang <strong>tidak berpahala.</strong><br />
<strong></strong><br />
<br />
[Al-Ulul wa marjan (hlm, 707). Asy-Syaukani.]<br />
______________________________________________________________________________<br />
<br />
<b>INFORMASI</b><br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/1manhajsalaf</li>
</ul><br />
[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts</li>
</ul><br />
<b>LAMAN WEB RASMI KAMI:</b> www.1manhajsalaf.blogspot.com<br />
<br />
http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf<br />
</div></div>..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-81723575325925157072011-07-31T19:26:00.000-07:002011-07-31T19:28:57.274-07:00♥ RAMADHAN! PENYELAMAT DARI API NERAKA! ♥<div></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Garamond","serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;">Puasa terutamanya puasa sebulan dibulan Ramadhan, ia menjadi penyelamat dari api neraka dan pembuka pintu Syurga.</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 115%;">Rasulullah SAW bersabda:</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;">“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mendirikan solat, berpuasa dibulan Ramadhan, satu kebenaran atas Allah memasukkannya ke syurga.”</span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><i><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;"></span></i><span style="font-size: 14pt; line-height: 115%;">[HR Bukhari, (3581) Al-Jihad]</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br />
</div><br />
<div style="text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 115%;">Rasulullah SAW bersabda:</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;">“Puasa itu perisai (penyelamat) dari azab Allah.”</span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><i><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;"> </span></i><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;"> </span></div><div style="text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 115%;">[HR Ahmad (17233), 38. HR Ahmad dan Baihaqi]</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br />
<a name='more'></a><br />
</div><div style="text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 115%;">Rasulullah SAW bersabda:</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;">“Tidaklah ada seorang hamba berpuasa di jalan Allah kecuali Allah jauhkan dia dari neraka sejauh tujuh puluh musim (tujuh puluh tahun).”</span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><i><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;"> </span></i><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;"> </span></div><div style="text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 115%;">[HR Bukhari , (6/35). Muslim, (1153)]</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 115%;">Rasulullah SAW bersabda:</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;">“Puasa itu perisai (yang menyelamatkan diri dari api neraka), apabila seorang kamu berpuasa, janganlah berkata-kata keji, jangan berlaku jahil, jika ada seseorang memakinya atau mahu membunuhnya, katakanlah aku berpuasa.”</span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><i><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;"> </span></i><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;"> </span></div><div style="text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 115%;">[HR Ahmad, (7714)]</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 115%;">Rasulullah SAW bersabda:</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 115%;">“Fitnah seseorang itu dalam keluarga, harta dan jirannya, boleh dihapuskan oleh Solat, puasa dan sedekah.”</span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 115%;">[HR Bukhari (2/670). Muslim, (144)]</span><br />
______________________________________________________________________________<br />
<br />
<b>INFORMASI</b><br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/1manhajsalaf</li>
</ul><br />
[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts</li>
</ul><br />
<b>LAMAN WEB RASMI KAMI:</b> www.1manhajsalaf.blogspot.com<br />
<br />
http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf<br />
</div>..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-49264579601502325942011-07-20T19:25:00.000-07:002011-07-20T19:25:58.917-07:00Melabel Salafi Sebagai Literal : Upaya Mazhab Islam Liberal.<div align="center"><b>Reaksi Terhadap Artikel “Fenomana Literalis Agama”</b></div><div align="center">Oleh Abu Amru Mohd Radzi Bin Othman</div><div align="center">Tim. S/U Seketeriat Ulama’ Muda UMNO (ILMU)</div><br />
<b>Menanggapi Perbezaan Mazhab Fikir Islam </b><br />
<b></b>Islam itu sebenarnya satu. Kemudian ketika Islam bercambah ibarat jamur selepas hujan, banyak manusia yang dahulunya tidak dididik oleh Rasulullah saw dan masih ada saki baki ajaran nenek moyangnya telah mengkontaminasikan Islam yang mulia dengan beberapa tanggapan dan amalan baharu. Lebih parah apabila berlaku pergeseran politik dan hasutan dari Yahudi dan kaum munafik. Menjadikan Islam yang satu itu berpecah; berpencar-pencar.<br />
<br />
Para sahabat dan murid mereka ; tabi’in menjadi kecil jumlahnya ketimbang kaum muslimin yang lain – yang masuk Islam berbondong-bondong dari pojok Timur hingga ke Barat. Ketika itulah kaum Syiah menetapkan diri mereka sebagai Mazhab yang Benar dan memanggil mazhab sahabat sebagai Nawasib: kaum yang menyakiti Ahlul Bait. Malah sahabat dikafirkan dan dibolehkan untuk dibunuh.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Mazhab sahabat ini diteruskan oleh muridnya tabi’in; itba’ ut tabi’in. Ketika ini gedung penyimpanan ilmu terlarang – ilmu kalam – dipecahkan Khalifah Makmun, anaknya Harun Ar Rasyid, dan pemikiran filsafat pun menerpa kedalam kalbu umat Islam. Lantas dibidankan Mu’tazilah, kemudian Jahmiyah, Qadariyah, Muatilah, Kulabiyah dan banyak lagi mazhab yang berputar kepada pemahaman filsafat.<br />
<br />
Ketika inilah mereka mengatakan mazhab Sahabat sebagai sesat, penjisim Tuhan (Mujassimah), ahlil bid’ah dan ada yang mengkafirkan seperti kelompok Ahbash. Namun Mazhab Sahabat atau dahulunya dikenal sebagai Ahlus Sunnah Wal Jamaah tidak memerlukan mereka sebagai lambang pengiktirafan terhadap kebenaran mazhab ini kerana mazhab ini bersambung sanadnya sehingga menuju kepada Rasulullah saw. Mata rantai ini begitu kokoh dan teguh serta tidak dapat dipungkiri oleh mereka semua.<br />
<br />
Imam Barbahari menjelaskan hal ini dalam kitab aqidahnya:<br />
Jika anda mendengar seseorang mengatakan “Si Fulan (Salafi) adalah seorang musyabihah” atau “Si Fulan berbicara tentang masalah tasybih (penyerupaan)”, maka dia (penuduh) adalah seorang Jahmiyah. Bila seseorang berkata “Si Fulan (Salafi) termasuk Nashibiyah (kaum yang menyakiti Ahlul Bait)” maka ketahuilah bahawa dia (penuduh) adalah Syiah Rafidhi” (Syarhus Sunnah)<br />
<br />
<b>Liberalisme Islam</b><br />
Terbaru, kelompok Qutubiyyah mengatakan mazhab ini sebagai <i>Salafi Zahiri</i>. Penisbatan seperti ini tidak memberi kesan apa-apa kepada kebenaran <i>Mazhab Rasulullah saw</i> kerana mazhab ini sudah tahan diasak dan digasak. Telah berlalu 1000 tahun lebih percubaan untuk melabel dan menyesatkan mazhab ini namun kekuatan pedang hujjah yang <i>Salafi</i> miliki senantiasa menebas kubah alasan yang mereka bina.<br />
<br />
Lantas saya katakana; jika ada seseorang yang mengatakan “Si Fulan mentafsir agama secara harfiyah (literal)” atau “Mereka adalah Salafi Literalis” maka ketahuilah bahawa penuduh adalah Islam Liberal.<br />
Sebenarnya <i>Qutubiyah</i> ini adalah gabungan pemikiran filsafat Liberal dan gerakan <i>Ikhwanul Muslimin</i> yang berpusat di Mesir. Mereka bukan seperti Jaringan Islam Liberal (JIL) yang secara vokal memperjuangkan Liberalisme, namun mereka – <i>Ikhwani</i> dan <i>Qutubiyyah</i> – menggunakan cara yang cukup lembut untuk menegakkan paham Liberal tersebut. Walau terdapat perbezaan antara <i>Ikhwani</i> dan JIL namun mereka tetap berkongsi prinsip yang sama.<br />
<br />
Islam Liberal atau “Islam Tanwiri” yang dikatakan sebagai Islam yang sejati menetapkan bahawa aqal menjadi neraca kepada kebenaran. Slogan mereka adalah <i>“la sultana ‘ala al-’aql ill al ‘aql”</i> (tidak ada otoritas terhadap akal kecuali akal sendiri). Maka mereka melakukan rombakan kepada prinsip memahami sumber epistimologi Islam sehinggakan di hujungnya adalah mereka menolak sumber Islam itu sendiri.<br />
<br />
Dasar Islam Tanwiri meliputi tiga struktur yang paling utama iaitu:<br />
[1] Liberalisasi Tauhid : ekualisasi dalam semua mazhab aqidah<br />
[2] Liberalisasi Al-Qur’an : dekonstruksi kitab suci<br />
[3] Liberalisasi Syariat Islam : kontekstualisasi ijtihad<br />
<br />
Tiga perkara diatas terjadi lantaran cara mereka melihat eksistensi naqal tidak multak. Mereka beranggapan bahawa Al Qur’an itu diterjemah oleh Nabi Muhammad, mengikut konteks masyarat dan zaman tersebut. Dengan demikian Al Qur’an harus difahami bukan secara tekstual dan tradisional, sebaliknya mengikut tafsiran baharu. Seperti yang dinamakan oleh mereka sebagai kaedah Tafsir Kontekstual, Tafsir Hermeneutik, Tafsir Kritis dan Tafsir Liberal.<br />
<br />
Kontekstual, Harmeneutika dan Kritis adalah metode tafsir yang berasal dari Yunani dan Nasrani yang berkembang pesat sebagai metode intepretasi Bibel. Diacak keatas Bible lantaran terdapat banyak percanggahan didalam Bible sehingga menimbulkan keraguan kepada penganut Nasrani, keraguan tentang keabsahan Bible sebagai Kitab Suci. Malah umum mengetahui bahawa Bible ditulis oleh banyak pengarang sehinggakan perlu wujud satu kaedah tafsir yang mampu memahami setiap maksud pengarang yang hidup dalam zaman yang berbeza dan kultur budaya yang berlaian.<br />
<br />
Namun kondisi Bible dan Al Qur’an sangat jauh bedanya, yang menyebabkan tidak mungkin Al Qur’an bisa ditafsir mengikut kaedah tafsiran Bible. Al Qur’an bukan perkataan Muhammad saw walaupun sebuah kalimat. Al Qur’an adalah perkataan Tuhan. Nabi hanya membacakannya kepada para sahabat dan kemudian menjelaskan makna firman Tuhan tersebut, mengikut pemahaman yang Tuhan ajarkan kepada baginda, diistilahkan sebagai hadith.<br />
<br />
<b>Liberalisasi Terhadap Tafsiran Al Qur’an<i></i></b><br />
Namun bagi kaum Liberal, walaupun Al Qur’an adalah Kitab Suci, tetapi yang disampaikan adalah sebuah prosa sastera yang harus dipahami berdasarkan keadaan zaman, bukannya secara tekstual. Bagi mereka, Al Qur’an harus ditafsir secara historis:<br />
<br />
Tokoh Islam Liberal Indonesia, Ahmad Wahib berkata: “Menurut saya sumber-sumber pokok untuk mengetahui Islam atau katakanlah bahan-bahan dasar ajaran Islam, bukanlah Qur’an dan Hadith melainkan Sejarah Muhammad. Bunyi Qur’an dan Hadith adalah sebagian dari sumber sejarah dari sejarah Muhammad yang berupa kata-kata yang dikeluarkan Muhammad itu sendiri. Sumber sejarah yang lain dari Sejarah Muhammad ialah: struktur masyarakat, pola pemerintahannya, hubungan luar negerinya, adat istiadatnya, iklimnya, pribadi Muhammad, pribadi sahabat-sahabatnya dan lain-lainnya.” (Catatan Harian Ahmad Wahib, hal 110, tertanggal 17 April 1970).<br />
<br />
Sementara itu Prof. Dr. M. Amin Abdullah, Ketua Majlis Tarjih Muhammadiyah, bekas rektor IAIN Jogjakarta berkata: “Tafsir-tafsir klasik Al-Quran tidak lagi memberi makna dan fungsi yang jelas dalam kehidupan umat.”<br />
<br />
Fazlur Rahman berkata: “suatu masyarakat yang harus memulai hidup dalam kerangka masa lampau, betapa pun manis kenangannya, dan gagal menghadapi realiti kekinian secara jujur, dia pasti menjadi sebuah fosil; dan sudah merupakan hukum Tuhan bahwa fosil tidak tahan lama: “Bukanlah Kami berbuat lalim terhadap mereka, merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri” (Q.S. Hud/11: 101; al-Nahl/16: 33)”.<br />
<br />
Dalam kitab <i>Mafhum al-Nass</i> (Penalaran Teks), Nasr Hamid Abu Zayd – seorang penulis Mesir – mengatakan bahawa Nabi Muhammad sebagai penerima pertama wahyu yang sekaligus penyampai teks. Teks tersebut terbit dari realiti masyarakat lokal di Makkah. Jadi Nabi Muhammad sebagai seorang penerima wahyu tidak bertindak sebagai seorang penerima pasif – menuturkan persis apa yang Allah tuturkan.<br />
<br />
Sebaliknya Nabi Muhammad mengolah dustur ilahi tersebut menggunakan kepintarannya yang terikat kepada faktor sosi-budaya dan sejarah masyarakat Arab.<br />
<br />
Bagi Islam Liberal, kaedah pentafsiran al-Qur’an oleh Ahlu Sunnah cukup jumud dengan membuat kesimpulan-kesimpulan berikut:<br />
<br />
(1) Tafsir yang benar menurut Ahlu Sunnah adalah tafsir yang didasarkan pada pemahaman ‘ulama Salaf. Justeru Ahlu Sunnah menyusun sumber-sumber utama penafsiran al-Qur’an pada empat hal: penjelasan Rasulullah saw, sahabat, tabi’in, dan terakhir tafsir bahasa. Walhal perubahan zaman menyebabkan perubahan kultur budaya cara kehidupan sehinggakan tafsiran Ahlus Sunnah kelihatan kaku dan tidak realistic untuk diterjemahkan kepada zaman sekarang.<br />
<br />
(2) Kesalahan yang mendasar pada tafsir Ahlu Sunnah ialah kerana mereka menterjemah “maksud teks” dan <i>dalalah-</i>nya dengan zaman nubuwah, risalah, dan turunnya wahyu. Kaedah ini bukan sahaja kesalahan pemahaman, tetapi juga merupakan suatu sikap yang bersifat keterbelakangan, anti kemajuan dan anti progresif.<br />
<br />
Atas natijah ini, Al Qur’an perlu untuk ditafsir semula, dengan meninggalkan tafsiran tradisional yang tekstual – atau dalam sebutan lain adalah literal – tetapi haruslah menuju kepada tafsiran yang lebih ilmiyah dan boleh dipertanggungjawabkan iaitu tafsiran secara kontekstual. Melalui tafsiran ini, Al Qur’an akan dilihat sentiasa relevan dan cocok dalam setiap zaman dan kondisi manusia.<br />
<br />
<b>Liberalisasi Terhadap Hukum Hadith</b><br />
Menurut Fazlur Rahman dalam <i>Islamic Methodology in History,</i> – tokoh yang namanya dijadikan hujjah oleh mantan Mufti bagi membantah pemahaman Syeikh Muhammad At Tamimi – sunnah Nabi adalah sebuah konsep “Payung Umum” (<i>a general umbrella concept</i>) yang menafikan “kandungan khusus” yang bersifat spesifik. Semua hadith bersifat umum walaupun kelihatan khusus.<br />
<br />
Kehujjahannya adalah secara teori dapat disimpulkan bahawa sunnah adalah sebuah “terma perilaku” (<i>behavioral term</i>) Rasulullah saw terlahir dari reaksi dengan masyarakat di zamannya. Sunnah Nabi merupakan “petunjuk arah” (<i>pointer in the direction</i>) kepada hidup beragama, bukannya peraturan-peraturan yang telah ditetapkan secara pasti (<i>an exactly laid-out series of rulers</i>).<br />
<br />
Oleh karena di dalam praktiknya tidak akan maujud dua buah kasus yang benar-benar sama secara latar belakang, secara moral, psikologis dan material. Maka sunnah tersebut wajib diinterpretasikan dan diadaptasikan mengikut kontek sesebuah zaman dan masyarakatnya.<br />
<br />
<i></i><br />
<i></i>Lantaran itu Fazlur Rahman mendatangkan sebuah teori dalam memahami Sunnah, yang dinamakan sebagai <i>Tafsir Situasional</i>. Untuk ini Kaum Muslimin harus melakukan semakan semula terhadap aneka ragam unsur-unsur di dalam hadith dan melakukan pentafsiran semula (reinterpretasi) dengan sempurna terhadap hadith, sesuai dengan kondisi-kondisi moral-sosial yang sudah berubah pada masa kini.<br />
<br />
Upaya ini hanya dapat dilaksanakan melalui <i>pendekatan historis</i> dalam studi hadith yang bermaksud mengembalikan hadith menjadi “sunnah yang hidup”. Dengan demikian, penafsiran situasional merupakan kombinasi <i>pendekatan historis</i> dengan <i>pendekatan sosiologis</i>.<br />
<br />
Kerangka <i>pendekatan historis</i> dalam “penafsiran situasional” ini digubal dengan beberapa tahapan sebelum sebuah hadith berjaya menjadi “sunnah yang sentiasa segar”.<br />
<br />
(1) Memahami makna teks hadith dan memahami latar belakang situasionalnya: memahami situasi Nabi dan masyarakat pada fasa kenabian secara umum (<i>asbab al-wurud</i> makro) dan juga memahami sebab-sebab munculnya hadith (<i>asbab al-wurud</i> mikro).<br />
<br />
(2) Memahami petunjuk-petunjuk al-Qur’an yang berkaitan, yang pembicaraannya bersangkutan dengan makna hadith tersebut. Dari langkah ini sebuah hadith dapat dipahami dan dibedakan antara (a) nilai-nilai nyata dan (b) sasaran hukumnya (<i>ratio legis</i>) serta dengan demikian dapat dipahami prinsip idea moral dari hadith tersebut.<br />
<br />
(3) Pembinaan kembali hukum hadith, iaitu melalui prinsip idea moral yang telah difahami tadi, sebuah hadith diaplikasikan dan diadaptasikan dalam latar sosiologis saat ini. Ketika ini, <i>waki’</i> (situasi zaman sekarang) harus benar-benar dimengertikan sebelum pembinaan hukum baharu terhadap hadith dikeluarkan.<br />
<br />
<b>Liberalis Menuduh Sunni Sebagai Literalis </b><br />
Lanjutan dari itu seorang tokoh Liberalis, Al-Nai’im telah mengajak umat Islam menyemak semula hukum mualamat kerana ‘ulama fiqh memahami teks hadith secara literal. al-Na’imi berkata:<br />
<br />
“have shown that Syari’a was infact constructed by Muslim jurists over the first three centuries of Islam. Although derived from fundamental divine sources of Islam, the Qur’an and Sunna, Syari’a is not divine because it is the product of human interpretation took place within a specific historical context which is drastically different from our own. It should therefore be possible for contemporary Muslims to undertake a similar process of interpretation and application of the Qur’an and Sunna in the present historical context to develop an alternative public law of Islam which is appropriate for implemantation today.(Abdull al-Na’im, Towards an Islamic Reformation, 1989, ms. 186).<br />
<br />
<i></i>Begitu juga tokoh yang telah kita bahas diatas, Nasr Hamid Abu Zayd, berkata dalam <i>Naqd al-Khitab al-Dini </i>(Dekontruksi Wacana Keagamaan) bahawa gelombang tajdid (kebangkitan Islam) yang disebut-sebut selama ini telah menghasilkan golongan yang membaca teks agama secara kaku dan literal (harfiyyah), bahkan sampai pada tahap pentakdisan, pensakralan serta pengingkaran terhadap tabi’at manusia dan sejarahnya.<br />
<br />
Nada yang sama berlaku seperti yang dibicarakan oleh Ridwan al Makasari dalam Terorisme Berjubah Agama, yang kemudiannya artikel ini disunting oleh Al Mustaqeem M. Radhi sebagai Bercakap Atas Nama Tuhan:<br />
<br />
“… yang mengubah aliran tersebut (pemahaman Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh) dari gerakan liberal menjadi literal, konservatif dan tertutup” (Bercakap Atas Nama Tuhan, ms 16)<br />
<br />
Walhal Ahlus Sunnah tidak mengiktiraf kedua tokoh diatas lantaran mereka berdua adalah freemanson serta ahlil bid’ah. Hanya sahaja masyarakat umum berpendapat bahawa Al Afghani dan Abduh sebagai Salafi kerna seruan mereka adalah pembaharuan. Tetapi hakikatnya pembaharuan yang mereka impikan adalah taqrib kepada Barat, serta aqidah yang mereka bawa adalah aqidah yang berkecamok.<br />
<br />
<b>Ekualisasi Tauhid Dan Mazhab Pemikiran</b><br />
Ketika mana kedua sumber utama dalam epistimologi Islam telah diruntuhkan melalui tafsiran historis dan sosialogis sekaligus segala hukum yang terbina daripada kedua sumber tadi pun runtuh serentak. Segala hukum yang bertabrakan harus dibina sesuai dengan kontek zaman dan masyarakat setempat.<br />
<br />
Yang paling utama untuk disusun semula adalah hukum Aqidah dan Tauhid. Perbicaraan seputar hidup berTuhan dan bersyariat; apakah Islam memusuhi manusia yang tidak menganut Islam dan apakah seorang Sunni harus menyesatkan seorang Syiah, Khariji, Mu’tazili, Qadari, Ikhwani, Sufi dan seterusnya.<br />
<br />
Persoalan itu ditangani oleh kaum Liberalis dengan menetapkan bahawa Islam tidak memusuhi agama-agama lain yang dianut oleh manusia. Islam bagi mereka cukup bersifat harmonis dan toleransi sehingga bersedia untuk meraikan kewujudan agama lain.<br />
<br />
Nurcholis Madjid – muridnya Fazlur Rahman – menyatakan: “Rasanya toleransi agama hanya akan tumbuh diatas dasar paham kenisbian (relativisme) bentuk-bentuk formal agama ini dan pengakuan bersama akan kemutlakan suatu nilai yang universal, yang mengarah kepada setiap manusia, yang kiranya merupakan inti setiap agama” [Nurcholis Madjid : 239]<br />
<br />
Alwi Shihab berkata: “Prinsip lain yang digariskan oleh Al-Qur’an adalah pengakuan eksistensi orang-orang yang berbuat baik dalam setiap komunitas beragama dan dengan begitu, layak memperoleh pahala dari Tuhan. Lagi-lagi, prinsip ini memperkokoh ide mengenai pluralisme keagamaan dan menolak eksklusifisme. Dalam pengertian lain, eksklusifisme keagamaan tidak sesuai dengan semangat Al-Qur’an. Sebab Al-Qur’an tidak membeda-bedakan antara satu komunitas agama dari lainnya.” (Islam Inklusif ; Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama).<br />
<br />
Sumanto Al-Qurtuby mengatakan: “Jika kelak di akhirat, pertanyaan di atas diajukan kepada Tuhan, mungkin Dia hanya tersenyum simpul. Sambil menunjukkan surga-Nya yang Mahaluas, di sana ternyata telah menunggu banyak orang, antara lain; Jesus, Muhammad, Sahabat Umar, Gandhi, Luther, Abu Nawas, Romo Mangun, Bunda Teresa, Udin, Baharudin Lopa, dan Munir!” (Lubang Hitam Agama).<br />
<br />
Lantas Abdul Munir Mulkhan menimpali dengan berkata: “Jika semua agama memang benar sendiri, penting diyakini bahwa surga Tuhan yang satu itu sendiri terdiri dari banyak pintu dan kamar. Tiap pintu adalah jalan pemeluk tiap agama memasuki kamar surganya. Syarat memasuki surga ialah keikhlasan pembebasan manusia dari kelaparan, penderitaan, kekerasan dan ketakutan, tanpa melihat agamanya. Inilah jalan universal surga bagi semua agama. Dari sini, kerja sama dan dialog pemeluk berbeda agama jadi mungkin.” (Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar).<br />
<br />
Mereka semua mengisyaratkan bahawa Islam meredhai wujudnya pelbagai agama dan menerima agama-agama tersebut dengan tangan terbuka. Sikap ini ditandakan sebagai pluralism – penerimaan kepelbagaian kepercayaan. Malah pluralism ini adalah ketentuan Ilahi kepada umat ini.<br />
<br />
Nurcholis Madjid menyimpulkan: “Jadi, pluralisme sesungguhnya adalah sebuah aturan Tuhan (sunnatullah) yang tidak akan berubah, sehingga juga tidak mungkin dilawan atau diingkari.” (Islam Doktrin Dan Peradaban).<br />
<br />
<b>Pluralisme Dalam Menyikapi Mazhab </b><br />
Begitu juga bahawa seorang Salafi tidak harus memusuhi dan membid’ahkan mazhab Khalaf. Kerana Islam tidak diturunkan oleh Allah untuk mencipta persengketaan dan perpecahan. Islam yang dikatakan sebagai “<i>Rahmatan lil Alamin</i>” tidak wajar bersifat inklusif dan arnakis sebaliknya harus bersifat humanis dan menghormati setiap buhul iman yang dianut manusia.<br />
<br />
Sikap pluralisma antara mazhab ini adalah setingkat bawah daripada pluralisma antara agama. Kerana mazhab Islam Liberal itu pun bertingkat-tingkat; ada yang mengamalkan liberalisma secara parsial (juz’i) dan ada yang secara multak (kulli).<br />
<br />
Hal ini dapat difahami sekiranya kita menelusuri sejarah Islam Liberal sejak Rifa’ah Rafi’ al-Tahtawi (Mesir, 1801-1873), Shihabuddin Marjani (Rusia, 1818-1889) dan Ahmad Makhdun (Bukhara, 1827-1897) memasukkan mata pelajaran sekuler ke dalam kurikulum pendidikan Islam sehinggalah lahirnya Rachid Ghannouchi, Fatima Mernissi, `Ali Shari`ati, Muhammad Iqbal, Mohamed Arkoun, Nurcholish Madjid saat ini. Mereka berbeza dari segi tahap liberal yang diperjuangkan namun pemikiran mereka bersumber kepada asas yang sama iaitu pentafsiran semula naqal menerusi nalar yang sesuai dalam kontek zaman dan masyarakat.<br />
<br />
Muhammad al Ghazali mengatakan: “Para da’i umat Islam, baik salaf maupun khalaf seharusnya berpegang pada metodologi al-Qur’an dalam memaparkan persoalan-persoalan aqidah. Mereka hendaknya menyibukkan diri dengan mengemukakan upaya-upaya solusi Islami bagi problem-problem masa kini serta krisis-krisis morel dan materiil yang muncul. Sebab itulah sesungguhnya yang telah dikerjakan oleh generasi Salaf yang pertama, sehingga hal itu sangat membantu bagi penaklukan-penaklukan negeri-negeri Timur dan Barat. Adapun orang-orang yang kini menyibukkan diri dengan mengumandangkan perang melawan Jahmiyah, Mu’tazilah dan Asy’ariyah, maka bisa jadi mereka hanya memelihara kemenangan di medan yang tidak ada musuhnya, kemenangan dalam khayalan belaka dan tidak akan memperoleh apa-apa kecuali bayangan saja…” (Humum ad-Da’iyah).<br />
<br />
Lantas Muhammad Al Ghazali yang merupakan guru serta teman Dr Yusuf Al Qaradhawi mengajak agar meneliti seluruh fiqh mazhab sesat sebelum membangunkan sebuah hukum fiqh :<br />
<br />
“Sesungguhnya hal pertama yang terbaik adalah mempelajari nash-nash semuanya, kemudian mempelajari semua pendapat fikih yang diwariskan dari empat imam madzhab yang masyhur serta dari ahli-ahli fikih kontemporer lainnya, juga dari Khawarij, Zaidiyah, Syi’ah Imamiyah (Kafir), Zhahiriyah dan seterusnya. Dengan catatan bahwa studi perbandingan ini harus bebas mutlak dan sesudahnya harus diperbolehkan bagi seorang Muslim manapun untuk memilih apa yang disukainya dari pendapat-pendapat fikih di atas, atau kalau tidak, memegangi sikap taklid kepada seorang mujtahid tertentu”.<br />
<br />
Upaya ini lahir dari imijinasi beliau agar citra ijtihad semakin hampir kepada kebenaran dan sesuai dengan zaman. Namun usaha yang beliau sarankan berupa sebuah cara untuk menghancurkan sunnah dan merosakkan hakikat.<br />
<br />
Sebenarnya pluralisma telah dilakukan oleh pendiri Ikhwanul Muslimin sendiri. Hasan Albana pernah berkata: “Dakwah Ikhwanul Muslimin tidaklah ditujukan untuk melawan satu aqidah, agama, ataupun golongan, karena faktor pendorong perasaan jiwa para pengemban .dakwah jama’ah ini adalah berkeyakinan fundamental bahwa semua agama samawi berhadapan dengan musuh yang sama, iaitu atheisme”. (Qafilah Al-Ikhwan As-Siisi 1/211)<br />
<br />
Musthafa As-Siba’i, seorang tokoh Ikhwani berkata: “Islam bukanlah agama yang memerangi agama Nashrani bahkan mengakui dan memuliakan agama Nashrani.. Islam tidak membezakan antara muslim dan Nashrani. Islam tidak memberikan hak lebih terhadap muslim atas hak Nashrani dalam kedudukan di pemerintahan…”<br />
<br />
Hasan At Turabi (Pimpinan Front Islam Nasional – Sudan) dalam kasetnya Ta’dilul Qawanin mengatakan: “Boleh bagi seorang muslim untuk menjadi seorang Yahudi atau Nashrani.<br />
<br />
<b>Dr Yusuf Qaradhawi Menganut Islam Liberal </b><br />
Dr. Yusuf Qardhawi – tokoh Ikhwanul Muslimin yang disanjung oleh Dr Asri, Mantan Mufti Kerajaan BN – terbukti beberapa kali dia menghadiri seminar-seminar yang membahas idea pluralis, seperti seminar di Libya tentang “Islam Dan Kristian” pada tahun 1976, seminar di Sudan dengan tema “Teologi Pluralis Dan Dialog Lintas Agama” pada tahun 1994, dan selainnya. (Ushul Wa Qawa’id dan Raf’ul Litsam)<br />
<br />
Dr Yusuf Qardhawi berkata: “Kami memerangi orang-orang Yahudi bukan kerana urusan aqidah akan tetapi kerana urusan tanah. Kami memerangi mereka bukan kerana statusnya sebagai orang-orang kafir akan tetapi keran mereka merampas .” (Surat Kabar Ar- Rayah Qatar edisi 4696 25 Januari 1995. Lihat Al-Quthbiyyah Hiyal Fitnah Fa’rifuha hal. 207)<br />
<br />
Beliau juga berkata: “Dari pihak kami, kaum muslimin bersedia untuk mengadakan pendekatan agama. Yang penting pada pihak lain adanya semangat seperti yang ada pada diri kami…. Mereka sewajarnya melakukan pendekatan serupa dengan pendekatan yang kita lakukan terhadap mereka”<br />
<br />
Beliau berkata tentang berbilangnya agama: “Apabila kita membolehkan banyak agama…. mengapa tidak dalam satu agama atau satu peradaban mencakupi lebih dari satu aliran pemikiran? Tiada larangan dalam hal ini, yang penting sentiasa ada gesaan dan keserasian kerjasama yang mampu menampung semua”<br />
<br />
Beliau juga berkata: “Sesungguh luas kehidupan itu meliputi agama peradaban dan kebudayaan. Dan sesungguh keberagaman ini termasuk dari maslahat manusia tidaklah bertolak belakang dengan kemaslahatan manusia. maka tidak bisa dipaksakan hanya ada satu peradaban dan satu agama saja di dunia ini.<br />
<br />
IIIT (International Institute for Islamic Thought) yang berpangkalan di USA dan Malaysia selalu menerbitkan pemikiran Dr Qaradhawi lantaran Dr Yusuf Al Qaradhawi banyak mempengaruhi pertubuhan tersebut. IIIT merupakan organisasi Islam yang menyebarkan pemikiran-pemikiran Islam Liberal kepada umat Islam. IIIT sebenarnya merupakan cabang gerakan kepada Ikhwanul Muslimin. Ini dinyatakan sendiri oleh Ikhwanul Muslimin dalam web mereka, The Global Muslim Brotherhood Daily Report.<br />
<br />
<b>D<b>ekonstruksi</b> Terhadap Hukum Politik</b><br />
Pendedahan diatas membuktikan bahawa Ikhwanul Muslimin berkedok dalam jubah Islam Liberal semenjak penubuhannya. Diteruskan oleh para pejuang dan para ulama’nya sehingga hari ini. Lantas para pemuja dan pengikut Ikhwanul Muslinin sedikit sebanyak akan terjangkit dengan pemaham Liberalis tersebut.<br />
<br />
Ini dapat dilihat dalam artikel para pendokong BERSIH 2 yang berlaku baru-baru ini. Baca dan nilailah kaedah penghujahan mereka. Cermatilah cara mereka pentafsir hadith dalam memperkaitkannya kepada kaedah kontekstual dan moral.<br />
<br />
Saat ini pasti kita akan dapat melihat secara jelas bahawa manhaj yang mereka tempuh – pendokong BERSIH – dalam memahami hadith adalah menggunakan manhaj Islam Liberal, seperti yang diciptakan oleh Fazlur Rahman.<br />
<br />
Kerana itu tidak syak lagi apabila Dr Asri Zainul Abidin, Mantan Mufti Negeri Perlis, Kerajaan Barisan Nasional, menggunakan Fazlur Rahman bagi membantah pemahaman Salafi. Beliau berkata:<br />
<br />
“bak kata Fazlur Rahman ‘konsep kefahman al-Imam Ibn Taimiyyah’ itu menjadi sempit jika dilihat dari huraian al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab”<br />
<br />
Maka, adalah sangat mustahil seorang Ahlus Sunnah akan mengambil pemahaman Fazlur Rahman dalam melihat tatanan politik serta melabel Sunni sebagai Literalis. Melainkan dia adalah sebahagian dari mazhab Fazlur Rahman, atau dia menganut mazhab pluralisma Muhammad Al Ghazali.<br />
<br />
Saya menyerahkan penilaian ini kepada para pembaca. Gunakan maklumat yang saya nyatakan diatas, tentang kaedah pentafsiran Islam Liberal terhadap Al Qur’an dan Hadith, kemudian bandingkan kaedah penghujahan pendokong BERSIH.<br />
<br />
Kita ambil contoh ucapan mereka dalam menghalalkan demontrasi jalanan:<br />
<br />
“Antara yang dibaca dan disebarkan dalam mempertahankan para pemerintah dan menghalang rakyat melakukan kritikan –sekalipun aman- ialah hadis Huzaifah r.a:<br />
<br />
“Akan ada selepasku para pemimpin yang berpetunjuk bukan dengan petunjukku, bersunnah bukan dengan sunnahku, dan akan bangkit dalam kalangan mereka lelaki-lelaki yang jantung hati mereka seperti jantung hati syaitan dalam tubuh insan”. Kata Huzaifah: “Apa yang patut aku lakukan wahai Rasulullah, jika aku mendapati keadaan itu?”. Jawab baginda: “Dengar dan taat kepada ketua, sekalipun belakangmu dipukul, hartamu diambil, dengar dan taatlah” (Riwayat Muslim).<br />
<br />
Hadis ini dijadikan hujah, sehingga ada yang berkata ‘jika pemerintah membunuh kaum-keluarga saya pun, saya tidak akan mendakwa pemerintah di mahkamah dunia’. Saya tidak dapat bayangkan jika semua orang Islam faham seperti itu, maka bermaharaja lelalah para pemerintah dunia Islam, menindas mereka. Tidak boleh dibantah bahkan tetap taat. Ketika dunia berusaha mempertahankan hak asasi manusia agar tidak dicemar, tiba-tiba kita pula menarik umat ke belakang dengan tafsiran yang literal seperti itu. Bayangkan jika seorang yang baru hendak mengenali Islam dihidangkan dengan kefahaman seperti itu, bagaimanakah mungkin beliau ingin melihat keindahan Islam dan keadilannya? (http://drmaza.com/home/?p=1467)<br />
<br />
Kita harus memberi fokus kepada (1) hadith yang menjadi pertikaian, (2) tuduhan bahawa pemahaman Sunnah akan menarik umat ke belakang, (3) pelabelan sebagai literalis serta (4) rasional untuk member tafsiran baharu kepada hadith tersebut.<br />
<br />
Melalui empat perkara ini kita akan membuat penelitian secara ringkas, apakah perkataan ini sejalan dengan mazhab Islam liberal atau tidak. Inilah yang kita ingin buktikan.<br />
<br />
Kalau mengikut pengamatan saya, perkara (2) dan (3) yang dilontarkan oleh penulis adalah sambungan lidah kaum Liberal. Saling tidak tumpah seperti perkataan tokoh mereka yang telah saya nukilkan diatas.<br />
<br />
Sedangkan melalui kaedah <i>pendekatan historis</i> oleh Fazlur Rahman dapat disimpulkan bahawa penulis telah berusaha untuk menggunakan etika moralis dalam memahami kontek hadith Huzaifah. Ini dinyatakan langsung oleh beliau dengan “Bayangkan jika seorang yang baru hendak mengenali Islam dihidangkan dengan kefahaman seperti itu, bagaimanakah mungkin beliau ingin melihat keindahan Islam dan keadilannya?”.<br />
<br />
Malah beberapa kontekstual atau situasional yang lain dinyatakan bersama seperti: “Jangan bawa tafsiran zaman Abbasiyyah ke zaman yang sudah berubah”. Kenyataan seterusnya sangat jelas menunjukkan <i>penafsiran situasional</i> apabila situasi sesebuah masyarakat serta pola sosiologis dijadikan pedoman dalam pembinaan hukum berdasarkan hadith:<br />
<br />
“Hadis tentang taat dan patut sekalipun dirampas harta dan dipukul itu, ia merujuk kepada keadaan di mana jika penentangan dilakukan akan menyebabkan kerosakkan yang lebih besar seperti pemerintah akan membunuh atau memusnah orang lain yang tidak bersalah sedang kita tidak mampu memberikan sebarang kesan kepada mereka. <span style="text-decoration: underline;">Ini terutama di zaman dahulu yang terkenal dengan penumpahan darah</span>.”<br />
<br />
“Namun, <span style="text-decoration: underline;">apabila dunia berubah</span>. Negara-negara terikat dengan peraturan antarabangsa mengenai hak asasi rakyat. Juga, apabila negara-negara itu meletakkan dalam perlembagaan mereka tentang hak-hak rakyat, dalam ertikata lain membantah pemerintah dalam negara demokrasi aman itu adalah sesuatu yang tidak boleh dianggap menentang negara kerana diiktiraf dan dijamin oleh perlembagaan negara dan persetujuan antarabangsa. <span style="text-decoration: underline;">Maka, konteks hadis sudah berbeza</span>. Islam bukanlah agama yang memberikan lesen kepada pemerintah untuk berbuat apa sahaja dan rakyat wajib mendiamkan diri. <span style="text-decoration: underline;">Jangan bawa tafsiran zaman Abbasiyyah ke zaman yang sudah berubah</span>”.<br />
<br />
Penulis menjadikan situasi dan sosio-budaya sebagai alasan untuk memberi tafsiran baharu kepada hadith. Beliau merasakan bahawa tafsiran ulama’ Sunnah agar mentaati penguasa zalim dan larangan untuk melepaskan bai’at kepada mereka selagimana mereka Muslim, merupakan tafsiran yang tidak sesuai dengan konteks zaman ini. Inilah yang dinamakan sebagai kontekstual – melihat kepada tujuan teks. Akhirnya kata kunci untuk menolak pentafsiran kaum fundamental (sunni) adalah kontekstuan dan situasional!<br />
<br />
Jelas bahawa kaedah ini berupa kaedah Islam Liberal yang digunakan untuk merosakkan seluruh binaan Islam, atas slogan tajdid dan “menghidupkan sunnah di zaman ini”. Slogan yang sama dipakai oleh Muhammad Abduh, Fazlur Rahman, dan para Liberalis hari ini.<br />
<br />
Walhal jika kita mencermati dengan iman yang benar, pasti kita akan dapati bahawa hadith Huzaifah tersebut dengan jelas menunjukkan Rasulullah saw sedang memberi gambaran zaman akan datang serta solusi kepada umat mendatang. Zaman yang tidak akan beliau lalui, sebaliknya zaman dimana kita berada sekarang ini. Kerana itulah beliau berkata “Akan ada selepasku”.<br />
<br />
Apa yang Nabi nyatakan adalah kewajiban rakyat untuk membimbing penguasa yang zalim, tidak mencela mereka, menasihati mereka secara sembunyi, mendoakan kebaikan mereka agar nantinya Negara akan menjadi baik, serta jika mahu keadilan maka menuntut dengan baik dan mengikut saluran yang ditunjukkan.<br />
<br />
Bukan disini untuk saya mengkoreksi artikel Fenomena Literalis Agama tulisan Prof Madya Dr Asri Zainul Abidin, Mantan Mufti Negeri Perlis, Kerajaan Barisan Nasional. Sebaliknya sahabat saya – Abu Numair Nawawi Subandi, Ketua Biro Penerbitan ILMU – insyaallah akan membantah tulisan yang mengandungi banyak syubhat tersebut. Tujuan saya sekadar memberi gambaran kepada umum bagaimana kaum Liberalis mentafsir agama dan keterkaitannya dengan artikel tersebut.<br />
<br />
Semoga usaha saya membabat habis pemikiran Liberalisme dan menjulang mazhab Ahlus Sunnah, akan diganjari pahala oleh Allah serta akan dihitung sebagai amal kebajikan.<br />
<br />
ARTIKEL ASAL DI: http://loluconagama.wordpress.com/2011/07/18/540/ <br />
______________________________________________________________________________<br />
<br />
<b>INFORMASI</b><br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/1manhajsalaf</li>
</ul><br />
[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts</li>
</ul><br />
<b>LAMAN WEB RASMI KAMI:</b> www.1manhajsalaf.blogspot.com<br />
<br />
http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-76162604597527491412011-07-16T20:23:00.000-07:002011-07-16T20:23:22.345-07:00Bagaimana Jika Terpesona Ketika Melihat Wanita?<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div>Jika seorang Muslim melihat wanita yang bukan mahram sehingga perkara itu <strong>memberi kesan ke atas hatinya,</strong> maka jika dia mempunyai isteri <strong>hendaklah dia pulang ke rumah dan jima' (melakukan hubungan seks) dengan isterinya</strong> supaya dapat menghilangkan apa juga perasaan terhadap wanita itu. Dalil tentang perkara ini ialah riwayat oleh Jabir <em>radhiallahuanh</em>:<br />
<br />
Rasulullah <em>sallallahu alaihi wasallam</em> bersabda:<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
"Jika ada di antara kamu merasa tertarik dan menyukai seseorang wanita, dia perlu mendatangi isterinya dan berjimak dengannya, kerana ini dapat menghilangkan apa juga perasaan terhadap wanita itu". [Sahih Muslim, no. 1403]<br />
<br />
*Apa Yang Harus Anda Lakukan Dalam Situasi Tertentu. - Syekh Muhammad Soleh al-Munajjid<br />
<br />
______________________________________________________________________________<br />
<br />
<strong>INFORMASI</strong><br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/1manhajsalaf</li>
</ul><br />
[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts</li>
</ul><br />
<strong>LAMAN WEB RASMI KAMI:</strong> www.1manhajsalaf.blogspot.com<br />
<br />
http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf</div></div>..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-89640404313023371702011-07-15T20:03:00.001-07:002011-07-15T20:03:20.144-07:00Adakah WAJIB mentaati LAMPU MERAH?<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div>Fatwa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah no 15752<br />
<br />
Pertanyaan, “Apakah melanggar lampu merah dan pelanggaran lalu lintas yang lain semisal melanggar batas maksimal kecepatan di dalam kota atau di luar kota, parkir yang tidak teratur terutama ketika waktu shalat, menghalangi kendaraan lain dengan sebab ataupun tanpa sebab <strong>hukumnya haram ataukah makruh?” </strong><br />
<br />
Jawaban Lajnah Daimah, <strong>“Peraturan lalu lintas dibuat untuk mewujudkan kemaslahatan yang besar bagi kaum muslimin oleh karena itu <em>WAJIB </em>hukumnya bagi para pengendara untuk mematuhi aturan-aturan tersebut. </strong><br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<strong> Dengan mematuhi peraturan lalu lintas kemaslahatan untuk banyak orang akan terwujud. Pelanggaran terhadap peraturan lalu lintas menyebabkannya terjadinya berbagai kecelakaan lalu lintas dan mengganggu pengguna jalan yang lain serta menimbulkan berbagai keburukan. </strong><br />
<br />
Sedangkan memarkirkan kendaraan di dekat masjid dalam waktu yang tidak lama dan menurut urf (pandangan masyarakat) hal itu tidak mengganggu pengguna jalan yang lain maka hukumnya<strong> insya Allah adalah tidak mengapa (baca: mubah)”. </strong><br />
<br />
Fatwa ini ditandatangani oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz selaku ketua Lajnah Daimah dan Syaikh Abdullah bin Ghadayan, Syaikh Sholih al Fauzan, Syaikh Abdul Aziz Alu Syeikh dan Syaikh Bakr Abu Zaid seluruhnya sebagai anggota.<br />
<br />
الجزء رقم : 23، الصفحة رقم 469<br />
<br />
Fatwa ini bisa dibaca di buku Fatawa Lajnah Daimah juz 23 hal 469<br />
Sumber: Fatwa Al Lajnah Ad Daimah<br />
<br />
Artikel www.ustadzaris.com<br />
<br />
http://my.opera.com/ubaidah/blog/show.dml/12462992<br />
______________________________________________________________________________<br />
<br />
<strong>INFORMASI</strong><br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/1manhajsalaf</li>
</ul><br />
[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts</li>
</ul><br />
<strong>LAMAN WEB RASMI KAMI:</strong> www.1manhajsalaf.blogspot.com<br />
<br />
http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf</div></div>..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-29563177182638439922011-07-15T17:29:00.000-07:002011-07-15T17:29:08.861-07:00Nikah Dulu atau Bercinta Dulu?.Dalam sebahagian kes, apabila anak menyatakan kepada ibu bapanya yang dia mahu menikah, dengan selamba ibu bapanya menjawab kepadanya, <br />
<br />
<em>“Alaa... kenapa tergesa-gesa nak kahwin cepat-cepat sangat ni..., korang berkenal-kenal la dulu. Nanti bila rasa dah betul-betul serasi, barulah kahwin...”</em> <br />
<br />
Aku terfikir, bila agaknya masa yang dah betul-betul serasi tu agaknya? Bila dah terlajak dengan pelbagai jenis maksiat ke? <br />
<br />
Sebahagian keadaan pula, apabila diajukan pertanyaan tentang nikah, maka dia segan-segan pula. <br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<em> “Aku tengok engkau ni bukan main rapat lagi dengan awek tu, tiap-tiap hari saling sms, saling call. Hari minggu pulak mesti gi kuar dating naik kereta sama-sama. Bila bercadang nak nikahnya?” </em><br />
<br />
<em> “Alaa, aku segan lagi nak gi jumpa parent dia, duit pun takde cukup mana lagi nak kahwin. Rileks la, tengok dua atau tiga tahun lagi macam mana.” </em><br />
<br />
Emm... apa lagi yang nak di-tengoknya tu??? Pegi call perempuan, berdua-duaan dengan perempuan tak tahu malu pula. Tapi,<strong> bila disarankan untuk buat benda baik, entah kenapa boleh malu-malu pulak. Buat maksiat tak tahu malu. </strong><br />
<br />
<strong>Nak nikah, sibuk kata takde duit. Tapi, tiap-tiap hari duk bergayut kat dalam telefon. Tiap-tiap minggu pergi kuar dating dan tengok wayang banyak pula duitnya. Bukan ke baik kalau nikah je dulu.</strong> Sekurang-kurangnya, kalau gi berhubung macam mana pun, nak dating ke apa ke, nak bermanja-manja ke, insyaAllah dapat pahala dan jauh dari maksiat. <br />
<br />
Ibu bapa yang ada anak-anak muda zaman sekarang ni, sewajarnya memikirkan langkah yang bijak. Pandai-pandailah meninjau-ninjau perilaku anak-anak kita tu. Kalau dah nampak lain macam je tu. Usul-usulkanlah supaya menikah dengan cara baik. <strong>Pastikan pilihan anak-anak kita tu betul.</strong> Laksanakanlah perbincangan di antara kedua-belah pihak, supaya kita tahu dengan siapa anak kita mahu dinikahkan. <br />
<br />
Pejabat agama pulak, untuk kes orang nak kahwin ni, <strong> jangan lah disusah-susahkan.</strong> Banyak sangat prosedur dan tatacara nya. Makin pening dibuatnya orang yang memang dah mabuk tu nanti jadinya...<br />
<br />
http://an-nawawi.blogspot.com/search/label/Cinta<br />
______________________________________________________________________________ <br />
<br />
<strong>INFORMASI</strong><br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/1manhajsalaf</li>
</ul><br />
[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts</li>
</ul><br />
<strong>LAMAN WEB RASMI KAMI:</strong> www.1manhajsalaf.blogspot.com<br />
<br />
http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-56114747667646445162011-07-13T17:19:00.001-07:002011-07-13T17:19:39.065-07:00Menjawab Fitnah Terhadap Ustaz Hussain Yee.<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div><span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a7.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/281678_166128270124637_112895562114575_370497_2204384_n.jpg" /><span class="caption"></span></span><br />
<br />
Assalamualaikum warah matullahi wabarakatuh<br />
<br />
Baru-baru ini terdapat khabar berita fitnah yang sedang berleluasa memburukkan imej <strong>Ustaz Hussain Yee</strong> dan <strong>Pertubuhan AL-Khaadem</strong> gara-gara daripada satu klip video yang dirakamkan oleh saya, Abu Aqif. Klip video tersebut yang bertajuk <strong>"Demonstrasi BERSIH 2.0 - UHY - We Need To Maintain The Peace In Our Country"</strong> telah disalah gunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab dengan mengaitkan Ustaz Hussain Yee dan Pertubuhan Al-Khaadem mempunyai hubungan dan bergabung dengan Demonstrasi BERSIH 2.0.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Klip video tersebut membincangkan soalan yang ditanya oleh para hadirin berkenaan pendapat Ustaz Hussain Yee mengenai isu Demonstrasi BERSIH 2.0 dan jawapan yang diutarakan oleh Ustaz Hussain Yee pada waktu itu bolehlah saya simpulkan sebagai beliau kurang bersetuju dengan tindakan demonstrasi tersebut memandangkan beliau memegang pendapat bahawa <strong>"kita sepatutnya menjaga keamanan yang telah kita kecapi sekarang"</strong>. Selain ustaz meminta semua pihak berlaku adil, beliau juga beberapa kali mengulangi ayat beliau iaitu<strong> "once we have the peace, we need to maintain it.."</strong><br />
<br />
<strong>Orang yang terpelajar pasti akan faham dengan apa yang Ustaz Hussain Yee sampaikan. Beliau menjawab dengan jawapan yang paling munasabah dan mudah difahami mengikut neraca Islam. Hanya orang yang tidak bertanggungjawab dan berniat jahat sahaja akan memanipulasikan kenyataan beliau dan mengaitkan beliau dengan Demonstrasi BERSIH 2.0 tersebut.</strong><br />
<br />
<strong>Di sini saya ingin menegaskan bahawa Ustaz Hussain Yee dan Pertubuhan Al-Khaadem berlepas diri daripada tuduhan bahawasanya beliau dan pertubuhan beliau iaitu Pertubuhan Al-Khaadem mempunyai hubungan atau bergabung dengan Demonstrasi BERSIH 2.0.</strong><br />
<br />
Beliau dan pertubuhan beliau juga dituduh mengutip derma untuk membantu menjayakan Demonstrasi BERSIH 2.0. Tuduhan seperti ini sama sekali tidak berasas dan berniat jahat untuk memburuk atau menjatuhkan imej Ustaz Hussain Yee dan Pertubuhan Al-Khaadem. Ustaz Hussain Yee bertegas, beliau dan Pertubuhan Al-Khaadem sama sekali tidak ada hubungan atau bergabung dengan mana-mana gerakan, mana-mana aktiviti atau mana-mana parti politik.<br />
<br />
Saya dan sahabat dari Pertubuhan Al-Khaadem mewakili Ustaz Hussain Yee dan Pertubuhan Al-Khaadem sama sekali tidak akan teragak-agak untuk <strong>mengambil tindakan undang-undang jika perkara ini dipolitikkan atau dimanipulasikan oleh pihak-pihak tertentu</strong>. Dan jika keadaan menjadi semakin teruk, <strong>mungkin laporan polis akan dibuat bagi membersihkan nama Ustaz Hussain Yee dan Pertubuhan Al-Khaadem</strong>. Jadi, kerjasama daripada semua khususnya pihak yang menabur fitnah yang tidak berasas ini, sangat-sangat diharapkan supaya memberhentikan khabar angin seperti ini dan bertaqwalah kepada Allah.<br />
<br />
Sekali lagi, saya bagi pihak Ustaz Hussain Yee dan Pertubuhan Al-Khaadem menegaskan bahawa <strong>"Ustaz Hussain Yee dan Pertubuhan Al-Khaadem sama sekali tidak ada hubungan atau bergabung dengan mana-mana gerakan, mana-mana aktiviti atau mana-mana parti politik".</strong><br />
<br />
Mohon kepada semua supaya menyebarkan maklumat ini. Barakallahufeekum..<strong> </strong><br />
<br />
________________________________________________________________________<br />
Penerangan Tambahan:<br />
<br />
Channel Youtube: uhychannel<br />
Owner: Abu Aqif<br />
<br />
Klip Video: Demonstrasi BERSIH 2.0 - We Need To Maintain The Peace In Our Country<br />
Link: http://www.youtube.com/watch?v=xBqn8t01T8k<br />
<br />
Video Penuh: UHY - The Fragile Vessels - 03/07/2011<br />
Link: http://www.youtube.com/watch?v=dAyM1ZUHni4<br />
<br />
Tajuk awal "Demonstrasi BERSIH 2.0" digunakan kerana, sebagai keyword untuk memudahkan pencarian di internet.<br />
<br />
Tajuk selanjutnya "We Need To Maintain The Peace In Our Country" digunakan sebagai penegasan daripada Ustaz Hussain Yee bahawa kita semua patut kekalkan keamanan yang telah kita kecapi sekarang.<br />
<br />
Tuduhan diambil dari sumber ini: http://mmail.com.my/content/77687-hussain-yee-were-clean<br />
______________________________________________________________________________<br />
<br />
<strong>INFORMASI</strong><br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/1manhajsalaf</li>
</ul><br />
[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts</li>
</ul><br />
<strong>LAMAN WEB RASMI KAMI:</strong> www.1manhajsalaf.blogspot.com<br />
<br />
http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf</div></div>..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-27968902244722890232011-07-13T01:15:00.001-07:002011-07-13T01:15:29.102-07:00Benarkah Cincin Besi & Jam Haram?<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div>Tuesday, 26. April, 06:46<br />
<br />
بلغني أن لبس الساعة اليدوية محرم، وذلك قياساً على الخاتم الحديد المنهي عن لبسه، وهي مصنوعة من الحديد، فهل هذا صحيح؟ وما رأيكم، هل نلبس الساعة أم لا ؟<br />
<br />
Pertanyaan, “Aku pernah mendengar bahwa hukum memakai jam tangan adalah haram dengan alasan analog dengan cincin besi yang terlarang untuk dipakai. Jam tangan itu terbuat dari besi. Apakah pendapat ini benar? Apa pendapat Anda? Bolehkah kita memakai jam tangan ataukah tidak?”<br />
<br />
الصواب أنه لا حرج في ذلك، لا حرج في لبس الساعة، ولا في لبس الخاتم من الحديد، وإنما المحرم لبس الخاتم من الذهب على الرجل، أما لبس الخاتم من الفضة أو من الحديد، أو الساعة كل ذلك لا بأس به،<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Jawaban Ibnu Baz, “Yang benar,<strong> itu semua semua tidaklah masalah. Boleh memakai jam tangan dan boleh memakai cincin dari besi.</strong> Yang diharamkan adalah memakai cincin dari emas bagi laki-laki. Sedangkan memakai cincin dari perak, besi ataupun jam tangan hukumnya boleh.<br />
<br />
وقد ثبت عنه -صلى الله عليه وسلم- أنه قال لرجل خطب امرأة:<br />
<br />
Terdapat hadits yang shahih, Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> berkata kepada seorang laki-laki yang melamar seorang wanita:<br />
<br />
(التمس ولو خاتماً من حديد) رواه الشيخان في الصحيحين،<br />
<br />
“Carilah mahar meski hanya berupa<strong> cincin dari besi</strong>” [HR Bukhari dan Muslim].<br />
<br />
فلو كان الخاتم من الحديد ممنوعاً لما قال له: (التمس ولو خاتماً من حديد)،<br />
<br />
Seandainya memakai cincin dari besi itu terlarang tentu Nabi<em> shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> tidak akan mengatakan, “Carilah mahar meski hanya berupa cincin dari besi”.<br />
<br />
وما جاز للرجل جاز للمرأة، إلا ما حرمه الشرع أو خص به المرأة أو الرجل، والذي خص به المرأة هو الخاتم الذهب، فهذا هو الذي لا يجوز للرجل ويجوز للمرأة،<br />
<br />
Apa yang boleh dipakai oleh laki-laki itu boleh dipakai oleh wanita kecuali jika memang syariat mengharamkannya dengan mengkhususkan benda tersebut untuk wanita atau untuk laki-laki. Yang hanya boleh dipakai oleh wanita adalah cincin emas. Cincin emas inilah yang tidak diperbolehkan untuk laki-laki namun boleh untuk wanita.<br />
<br />
أما الخاتم الفضة وخاتم الحديد فمشترك،<br />
<br />
Sedangkan cincin emas dan cincin besi itu boleh untuk laki-laki dan wanita.<br />
<br />
أما حديث أنه -صلى الله عليه وسلم- لما رأى على إنسان خاتم من حديد قال: (ما لي أرى عليك حلية أهل النار)، ولما رأى خاتم من صفر قال: (ما لي أرى عليك ريح الأصنام)<br />
<br />
Terdapat hadits bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat seorang yang memakai cincin dari emas mengatakan, <strong> “Mengapa kulihat dirimu mengenakan perhiasan penduduk neraka?!”</strong>. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat orang yang memakai cincin dari kuningan beliau mengatakan, <strong>“Mengapa kulihat pada dirimu bau berhala?!”. </strong><br />
<br />
فهما حديثان شاذان مخالفان لهذه الأحاديث الصحيحة، والشاذ عند أهل العلم يعتبر ضعيفاً لمخالفته الأدلة الشرعية.<br />
<br />
Kedua hadits ini <strong>adalah hadits yang syadz </strong>karena keduanya menyelisihi hadits yang shahih. Hadits syadz menurut para ulama<strong> dinilai sebagai hadits yang lemah</strong> karena menyelisihi berbagai dalil syariat.<br />
<br />
والساعة إذا كانت على الطريقة التي يلبسها الرجال ليس فيها تشبه بالنساء فلا بأس بهذا، ولا تكون من الذهب، ولا تكون من الفضة بل تكون من غير ذلك يلبسها الرجل، والمرأة تلبس ما يناسبها،<br />
<br />
Jam tangan asalkan modelnya sesuai dengan jam tangan model untuk laki-laki <strong>sehingga tidak serupa dengan wanita hukumnya boleh</strong> asalkan tidak terbuat dari emas, ataupun perak namun terbuat dari bahan yang lain hukumnya boleh dikenakan oleh laki-laki. <strong>Sedangkan wanita hendaknya memakai jam tangan yang modelnya cocok bagi wanita.</strong><br />
<br />
فلا يلبس الرجل ما كان من خصائص المرأة، ولا المرأة ما كان من خصائص الرجل، كل منهما يلبس ما يليق به، سواءٌ كان لبسها في اليمنى أو في اليسرى كالخاتم، الرسول -صلى الله عليه وسلم- لبسه تارةً في اليمنى وتارة في اليسرى وهو من الفضة،<br />
<br />
<strong>Laki-laki tidak boleh memakai benda khas wanita. Wanita juga tidak boleh memakai benda khas laki-laki.</strong> Hendaknya masing-masing jenis memakai benda yang cocok untuknya. Jam tangan boleh dipakai di tangan kanan ataupun tangan kiri. Hukumnya sama persis dengan cincin. Rasulullah terkadang memaki cincin perak beliau di tangan kanan dan terkadang di tangan kiri.<br />
<br />
والساعة تشبه الخاتم، فإذا لبسها في اليمين أو في اليسار فلا حرج في ذلك، لكن لا تكون من الفضة، هذا هو الذي ينبغي اقتصاراً على ما ورد في الخاتم فقط في حق الرجل،<br />
<br />
Jam tangan itu serupa dengan cincin sehingga boleh di tangan kanan ataupun di tangan kiri. Namun tidak boleh jam tangan terbuat dari perak untuk laki-laki. Inilah yang sepatutnya dilakukan. Penggunaan perak bagi laki-laki kita batasi sebagaimana yang ada dalam dalil yaitu khusus untuk cincin yang akan dikenakan oleh laki-laki.<br />
<br />
أما الذهب فلا يجوز للرجل لا خاتم ذهب ولا ساعة ذهب كلاهما، وفق الله الجميع.<br />
<br />
Sedangkan emas, laki-laki tidak boleh memakai cincin emas ataupun jam tangan terbuat dari emas”.<br />
<br />
Sumber:<br />
<br />
http://binbaz.org.sa/mat/18606<br />
<br />
Artikel www.ustadzaris.com<br />
<br />
http://my.opera.com/ubaidah/blog/?startidx=10<br />
______________________________________________________________________________<br />
<br />
<strong>INFORMASI</strong><br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/1manhajsalaf</li>
</ul><br />
[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts</li>
</ul><br />
<strong>LAMAN WEB RASMI KAMI:</strong> www.1manhajsalaf.blogspot.com<br />
<br />
http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf</div></div>..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-180808997208068192011-07-11T20:08:00.000-07:002011-07-11T20:08:10.222-07:00FACEBOOK dan KAUM PEREMPUAN.. adakah ini bahana??Telah berkata IMAM GHAZALI <em>RAHIMAHULLAH </em>: Senantiasa kaum lelaki atas peredaran ZAMAN membuka wajahnya manakala perempuan pula keluar mereka dari rumah dalam keadaan <strong>MENUTUPI WAJAHNYA</strong> (Muntaqibat)..*Ihya Ulumiddin 2/53 dan dinukil daripada Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari 9/337.<br />
<br />
Berkata Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam FATHUL BARI 9/424 : Dan senantiasa adat bagi sekalian WANITA dahulu kala dan kini <strong>menutup WAJAHNYA daripada lelaki ajnabi (asing)..</strong><br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Kemudian, sesungguhnya pada setiap intipati itu mengetahui kompleks kebaikan dan FITNAH pada sekalian PEREMPUAN adalah wajahnya, yang mana keinginan serta kebayangan setiap lelaki untuk mengenalinya,dan padanya diqiyaskan (disama ertikan) kecantikan bagi perempuan daripada tiadanya, maka oleh sebab itu <strong>menyebarkan gambar atas tiada tujuan -sebagaimana yang disebut- membuka jalan dan pintu fitnah untuknya dan dengannya.. Dan berpakaiannya serta menunjukkan wajahnya yang bergambar ketika itu menjadi harus untuk sekalian yang meminta serta menginginkan..(iaitu dalam keadaan pinangan)..</strong><br />
<br />
Keduanya,sungguh demikian itu pintu fitnah dan ketidakelokan para wanita dan mereka yang menatap wajahnya,, maka apakah sudah beberapa kali kita mendengar serta kita membaca tentang kisah yang sedemikian rupa yang penuh dengan penyeksaan dengan sebab tersebut,,maka apakah sudah berapa daripada perempuan yang menjaga kehormatannya akhirnyatermasuk jerat perangkap daripada mereka-meraka yang tidak takut pada ALLAH TAALA yang mana memberikan lafaz manis serta kata-kata yang penuh bermadu dan janji berpanjangan (yang tiada kesudahan),, sehinggakan jika tertunai hajat mereka maka terpautnya akan setiap rekrut,, maka tidak lama berbaki untuknya dengan demikian kecuali kekecewaan dan kesedihan hati serta penyesalan (kerugian), dan boleh jadi skandal untuk dunia dan akhirat,, moga kita semua dijauhi oleh ALLAH TAALA daripada perkara tersebut..<br />
<br />
Dan apatah beberapa daripada sang pengkhianat bersuka ria dengan gambar yang sedemikian serta mengEDITkan gambar tersebut dengan media massa,,maka seandainya WAJAH-WAJAH PEREMPUAN YANG PENUH KEMULIAAN ini sekiranya diberikan kepada jasad-jasad yang pengkhianat ini dan dibeli dengan hawa nafsu murahan, maka pada ketika itu apa lagi gigitan jari penyesalan dengan perlakuan seteruk itu atas dirinya serta keluarganya, penyesalan untuk setiap masa..<br />
<br />
Ketiga, apa yang kuteringat daripada sesungguhnya sebahagian para AKHAWAT yang berhijab (memakai niqab) berpandangan bahawa meletakkan gambar wajahnya itu dengan memakai hijab bukan larangan yang syar'ie,, dan sekiranya apa yang kamu wahai akhawat sekalian dengan maksud hijab dengan hijab syar'ie iaitu dengan menutupi wajah yang mana tiada kelihatan bersamanya muka perempuan,maka dengan demikian bukan larangan syar'ie khususnya ketika ia sangat diperlukan ketika dharurah...Akan tetapi <strong>apa yang kamu lakukan (dengan mempamerkan gambar-gambar kamu yang berniqab itu) tiada makna apa-apa kerana tiada manfaat untuk pelaku tersebut, apakah NILAI kamu meletakkan gambar yang hanya pakain hitam yang tiada menzahirkan apa-apa !!!</strong><br />
<br />
Dan adapun jika kamu bermaksud dengan menayangkan gambar perempuan yang mana terbuka wajahnya, walaupun ditutupi seluruh badannya, maka itu telah jelas atas kamu dengan kejahatan di mana telah cukup untuk dibagitahu larangan tersebut, hingga sekiranya tidak dinaqalkan dengan kewajipan menutup muka bagi perempuan,, maka bagaimana pula jika sekiranya perintah itu WAJIB ?? <strong>Sesunggunnya dosa yang melakukan perkara tersebut akan berlipat kali ganda dan bahayanya amat besar sekali,,di mana dengannya si perempuan tersebut telah MELANGGAR ADAT serta menyelisih perbuatan PEREMPUAN-PEREMPUAN MUSLIMIN pada zaman mereka (Zaman Salaf)</strong> sebagaimana firman Allah <em>Taala </em>:<br />
<br />
وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ - سورة الأحزاب 53<br />
<br />
{Dan apabila kamu meminta sesuatu yang harus diminta dari isteri-isteri Nabi maka mintalah kepada mereka dari sebalik tabir. Cara yang demikian lebih suci bagi hati kamu dan hati mereka.}<br />
<br />
juga firmannya:<br />
<br />
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا<br />
(ayat 59)- سورة الأحزاب<br />
<br />
{Wahai Nabi, suruhlah isteri-isterimu dan anak-anak perempuanmu serta perempuan-perempuan yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.}<br />
<br />
Terjemahan dan suntingan daripada poster di link di bawah<br />
http://www.wathakker.net/flyers/view.php?id=1933<br />
Oleh : Abu Urwah , Malaysia<br />
Universiti Islam Madinah Munawwarah<br />
<br />
<strong>*MOHON DISEBARKAN</strong><br />
<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://a7.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/282150_165290093541788_112895562114575_368943_4282667_n.jpg" /><span class="caption"></span></span><br />
______________________________________________________________________________<br />
<br />
<strong>INFORMASI</strong><br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/1manhajsalaf</li>
</ul><br />
[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts</li>
</ul><br />
<strong>LAMAN WEB RASMI KAMI:</strong> www.1manhajsalaf.blogspot.com<br />
<br />
http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-44679480741731598102011-07-11T16:04:00.000-07:002011-07-11T16:05:34.600-07:00Tuduhan Prof Madya Dr Asri Zainul Abidin Terhadap ILMU<h2><br />
</h2><small><br />
</small> <br />
<div align="center"><a href="http://loluconagama.files.wordpress.com/2011/07/images.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-533" height="271" src="http://loluconagama.files.wordpress.com/2011/07/images.jpg?w=186&h=271" title="ainul Abidin" width="186" /></a></div><div align="center"></div><div align="center"><i>Bismillahhirrahmanirrahim</i></div><div align="center"><i>Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.</i></div><div align="center"><br />
</div>Apa yang akan saya nyatakan selepas ini berupa getus hati saya. Sebenarnya saya teringat kalimat guru kepada guru saya tentang seseorang yang menghujat beliau. Seorang tokoh yang menjawat gelar Doktor sementara guru kepada guru saya itu tidak memiliki sekeping sijil pun. Berkatalah Asy Syaikh Al Muhaddith Ali Hasan Al Halabi:<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
“tidak akan menyelisihiku bahwa banyak orang yang memiliki gelar DR. akan tetapi dia tidak berhak mendapatkan DR. melainkan hanya salah satu dari huruf itu; bisa huruf yang awal iaitu D atau yang akhir iaitu R”<br />
<br />
Begitulah hakikatnya bahawa kefakihan dan keadilan serta keikhlasan itu sebenarnya hidayah dari Allah Azzawajalla. Lantaran itu, saya yang merupakan penuntut ilmu senantiasa berdoa’ kepada Allah agar Dia membuka jalan-jalan kebaikan kepada saya dan kepada seluruh kaum Muslimin.<br />
<br />
Maknanya juga bahawa kefakihan itu bukanlah tersangkut pada huruf DR. atau pada sijil, kerna kadangkala orang yang memiliki huruf itu di depan pangkal nama mereka juga acapkali bertindak jahil ibarat anak kecil.<br />
Saya juga percaya anak kecil akan marah-marah atau mula bergolek atas tanah apabila orang lain menegur atau melarangnya dari membuat sepah. Inilah tabiat manusia, dari kecil hingga yang tua, dari jahil seperti saya sehingga yang ada gelar Profesor Madya.<br />
<br />
Justeru setelah saya melihat rakaman kuliah tokoh agama yang saya hormati, Prof Madya Dr Asri berkisar tentang masalah tahzir mentahzir dikalangan Salafi, lantas saya merasakan bahawa mauduk yang beliau sedang bicarakan itu adalah diri saya dan tulisan saya. Lantaran saya harus membetulkan kekeliruan yang sedang beliau alami.<br />
<br />
Beliau berkata:<br />
<br />
“Baru ini saya baca, ILMU, Ulama Muda UMNO. Boleh sebut kah? Saya tidak kisah benda ini tetapi saya ingat kita jangan, bahasa yang lunak, jangan bodohkan diri kita dan bodohkan orang. Dia (Seorang ahli ILMU) tulis dalam satu rencana dalam akhbar. Dia (penulis) kata, saya bukan berpihak, saya tidak… tentang …. Dia tulis dalam akhbar, dia kata bukti tokoh agama itu tidak rabbani, maksudnya bukan tokoh agama yang betul, contohnya Allahyarhan Ust Fadhil Noor, kuburnya di Pendang, sedangkan di Pendang itu sendiri, kalau dia ulama’ yang betul-betul ulama’, kenapa di Pendang itu masih banyak lagi khurafat dan kuburnya ada disitu? Itu menunjukkan dia bukan ulama’ pilihan Tuhan. <i>Came on</i> lah kita pergi ke kubur Imam Syafi’e – imam yang besar dan mulia, orang buat khurafat macam-macam atas kubur dia. Bukan dia suruh. Kita pergi ke kubur banyak para sahabat pun ada orang buat khurafat di kubur sahabat itu, bukan sahabat itu suruh. Dengan orang buat khurafat itu, tidak boleh kita menghukum empunya kubur itu. Saya bukan berpihak, tapi kaedah hukuman seperti itu bukan sahaja tidak pandai tetapi sangat bodoh. Saya kata, tak apa, tak ada masalah kita masuk parti mana-manapun tapi tujuan untuk berda’wah. Tapi kita jangan mengampu lebih sangat. Kita jack kereta tu boleh ambil tayar, tapi kalau sampai terbalik kereta itu : bodoh namanya. Setakat boleh ambil tayar”<br />
<br />
Saya kuat beriman bahawa yang beliau maksudkan adalah artikel saya bertajuk <a href="http://www.blogger.com/goog_1436421867">Imam Syafi’e : Ulama Haid Sahaja</a><a href="http://loluconagama.wordpress.com/2011/05/01/imam-syafie-ulama-haid-sahaja/">,</a> yang diterbitkan di Sinar Harian.<br />
<br />
Maka saya simpulkan keterlanjuran Tuan Prof Madya dalam dua kerangka besar iaitu:<br />
1] Melakukan ta’wilan melampau<br />
<br />
2] Mencela para Ustas Ahlus Sunnah yang berada dalam ILMU sebagai pengampu Kerajaan<br />
<br />
<b> Pembetulan Pertama</b><br />
<br />
<b></b>Saya cukup hairan dengan Prof Madya yang suka berpuisi, yang tidak memahami sintesis tulisan saya. Apakah puisi yang tuan tulis selama ini tidak mampu menunjukkan kepada tuan bahawa sebuah naratif harus dilihat secara keseluruhan untuk membuahkan kesimpulan; bukannya terpisah-pisah?<br />
<br />
Saya akan terangkan kembali kepada tuan perihal artikel saya agar tuan mendapat gambaran yang jelas dan tidak membabi buta lagi. Takut-takut kasus “Air Ludah Ustaz” berulang untuk entah kali keberapa.<br />
<br />
Saya mulakan tulisan dengan memuatkan tuduhan para ahli bid’ah kepada para imam Ahlus Sunnah, yang tuduhan itu tidak berasas dan jauh menyimpang. Seperti tuduhan Mu’tazilah yang mengatakan Imam Syafi’e itu hanya mengerti ilmu haid dan nifas. Seperti tuduhan Sayid Qutub yang merupakan ahli Ikhwanul Muslimin kepada para ulama’ Ahlus Sunnah bahawa mereka itu hanyalah pandai menulis semata-mara. Dan seperti tuduhan Doktor juga kepada Syeikh Dr. Rabi’ Al Madkhali yang dikatakan seperti Khawarij yang suka menyesatkan orang, dan terbaru tuduhan tuan kepada para ustaz-ustaz Salafi yang dikatakan “literalis” yang bisa menjumudkan.<br />
<br />
Nah! Tuduhan yang bernada sama dan diungkapkan oleh pelaku-pelaku yang mengimani manhaj yang hampir sama. Lantas tuduhan itu saya katakan sebagai kata-kata keji yang lahir dari hati yang busuk dan lidah yang buruk. Justeru Tuan Prof Madya, hati-hatilah agar hati dan lidah tuan tidak sejahat itu untuk mencerca ulama’ Ahlus Sunnah.<br />
<br />
Mereka – para pembenci Ulama’ Ahlus Sunnah – akhirnya menggunakan “kondisi zaman” sebagai hujjah untuk menelantarkan naqal dan memenangkan aqal. Ini sangat pelik untuk dilakukan oleh seorang yang berpegang teguh kepada manhaj Ahlus Sunnah lantaran seorang Sunni pasti mendahulukan naqal diatas segalanya termasuklan waki’ dan aqal.<br />
<br />
Namun saya nyatakan bahawa masyarakat kadang terpedaya dengan kepetahan seseorang ahlil bid’ah dan penampilanya yang gah. Oleh itu saya bawakan ciri-ciri ulama’ Rabbani yang hal ini sudah maklum kepada para penuntut ilmu.<br />
<br />
Ulama’ Rabbani itu adalah ilmuan yang menggunakan Al Qur’an, As Sunnah dan pemahaman salaf as soleh dalam beragrumentasi dan berhujjah. Kerana itu saya bawakan perkataan Syeikh Abdus Salam Barjas:<br />
<br />
“Orang alim hakiki adalah yang mendalami ilmu agama, mengetahui hukum-hukum Al Quran dan As Sunnah. Mengetahui ilmu ushul fiqih seperti nasikh dan mansukh, mutlak, muqayyad, mujmal, mufassar, dan juga orang-orang yang menggali ucapan-ucapan salaf terhadap apa yang mereka perselisihkan.”<br />
<br />
Maka saya berharap bahawa para “ulama”, “ustaz”, “khatib”, “guru agama” dan sesiapa sahaja yang umum dikatakan sebagai ulama atau ilmuan Islam, gunakanlah tiga kerangka utama ini sebagai kayu ukurnya. Jika mereka berkata dan bertindak sesuai dengan Al Qur’an, As Sunnah dan “<i>Fahmus Sahabah</i>”, maka mereka itu adalah ulama’ Ahlus Sunnah, insyaallah. Namun jika mereka itu menyelisihi salah satu dari tiga rukun tadi, maka mereka itu bukanlah ulama’ Rabbani.<br />
<br />
Syeikh Abdul Hamid Bin Badis berkata: “Sesungguhnya seorang da’i yang benar adalah da’i yang bersandar atas hujjah dan agrumentasi yang jelas. Ucapannya tidak mengandungi kebohongan, tipu daya atau dakwaan buta. Gerakan da’wahnya tidak terjerumus ke dalam kebinasaan, kontradiksi ataupun kesimpang-siuran” (Ad Durar Al Ghaliyah fi Adabid Da’wah wad Da’iyah)<br />
<br />
Sebagai contoh, maka saya bawakan seorang tokoh agama di Malaysia – Ustaz Fadhil Noor yang pernah menjadi Presiden Parti Islam Se-Malaysia (PAS) sebagai persampelan. Maka kita ambillah tiga kayu-ukur tadi dan letaklah kepada “fatwa” dan pandangan beliau. Lantas apakah kita melihat bahawa “fatwa” beliau cocok dengan ketiga-tiga kayu-ukur tersebut?<br />
<br />
Wallahi! Bahawa “fatwa” beliau menyelisihi “<i>fahmus sahabah</i>” (kefahaman sahabat) malah banyak juga yang menyelisihi <i>sunnah al Mustafa</i>. Oleh itu cukuplah disini saya nyatakan sekali lagi kepada Tuan Doktor bahawa beliau bukanlah ulama’ Rabbani. Beliau tetap bukan ulama’ Rabbai walaupun Tuan Doktor memujinya dalam Majalah Tamaddun pada tahun 2000.<br />
<br />
Lantas kita juga dapat melihat dasar perjuangannya; apakah mengikut manhaj Rasulullah saw atau menuruti manhaj ahlul bid’ah. Manhaj Rasulullah saw dengan jelas memperjuangkan aqidah dan menumpaskan kesyirikan. Sedari baginda memiliki dua orang pengikut hinggalah memiliki daulah, tauhid menjadi keutamaannya. Hatta sehingga beliau sedang gering dan hampir menghembuskan nafas, beliau berwasiat kepada umatnya tentang aqidah. Maka jika seorang ulama’ membiarkan isu aqidah maka bererti beliau bukanlah seorang ulama’ Rabbani. Lantaran Ulama’ Rabbani mewarisi kerja-kerja Nabi. Dan tidaklah diutus setiap rasul kepada setiap umat, melainkan untuk mengajak “sembahlah Allah semata-mata dan jauhi thaghut”.<br />
Syeikh Soleh Fauzan Al Fauzan berkata: “Da’wah apapun yang tidak berlandaskan kepada manhaj para rasul, ia akan menemui kegagalan. Buktinya adalah jamaah-jamaah atau gerakan-gerakan da’wah sekarang ini yang memiliki manhaj sendiri-sendiri yang berbeda dari maanhaj para rasul; <span style="text-decoration: underline;">melalaikan masalah tauhid</span>. Mereka menyerukan perbaikan dalam masalah sekunder. Diantara mereka ada yang menyerukan perbaikan hukum dan siasah, menyerukan diterapkan hukum Islam. Masalah-masalah tersebut memang penting, tetapi bukan yang paling penting. Sebab, bagaimana harus diterapkan hukum syar’i kepada penzina dan pencuri sebelum diterapkan hukum syar’i bagi orang yang berbuat kesyirikan. Bagaimana menuntut penerapan hukum syar’i antara dua orang yang berebut kambing dan unta, sebelum menuntut diterapkannya hukum syar’i kepada penyembah berhala dan orang-orang yang tersesat dalam asma’ wal sifat Allah” (Mukaddimah kitab Minhajul Anbiya)<br />
<br />
Camkanlah wahai tuan ucapan ulama’ besar dunia ini berkenaan dengan manhaj da’wah dengan saksama. Semoga tuan akan dapat membacanya dengan penuh keikhlasan dan mendapat pencerahan dari Allah Ta’aal.<br />
Orang yang menyelisihi manhaj Rasul bukanlah ulama’ Rabbani. Ya, walaupun mereka itu duduk dalam persatuan ulama. Walaupun mereka itu dinobat sebagai mufti, atau mantan mufti. Ya walaupun mereka banyak menulis kitab dan menulis puisi. Mereka jika menyelisihi manhaj salaf tetap bukanlah ulama’ Rabbani.<br />
Lantas apakah kenyataan saya ini menyakitkan hati Prof Madya? Atau kenyataan saya ini meremokkan hati dan perasaan tuan Doktor? Atau sebenarnya kenyataan saya ini akan menyudutkan tokoh-tokoh yang tuan sanjungi seperti Hasan Al Banna, Sayid Qutub dan Al Qaradhawi? Lantas untuk itu tuan harus memalingkan isu dalam artikel ini dan menimbulkan isu lain agar tokoh-tokoh sanjungan tuan tidak dipertikaikan?<br />
<br />
Memang para Qutubiyyun / Qardawiyun akan bergelora hatinya bila saya menukilkan ucapan Sayid Qutub yang mencela para ulama’ Ahlus Sunnah. Dan lebih bergelegak hati-hati mereka bila saya datangkan pula perkataan Syeikh Rabi’ Al Madkhali yang terkenal sebagai penentang kepada kelompok Ikhwanul Muslimun, Qutubiyyun dan Qardawiyun.<br />
<br />
Ahlus Sunnah telah menetapkan bahawa da’wah paling utama dan yang pertama untuk dida’wahkan adalah tauhid. Sehingga apabila da’wah tauhid menyebar dan memusnahkan syirik, baharulah mampu ditegakkan hudud.<br />
<br />
Lantas saya menggunakan sampel Pendang dimana di situlah Ustaz Fadhil Noor berda’wah bertahun-tahun, sedari beliau memasuki PAS sehinggalah beliau menghembuskan nafas. Maka ketika hayat beliau, masalah syirik tidak terhapus; malah masalah kesyirikan tetap ada sehinggalah beliau meninggal, hatta sehingga PAS menguasai Kedah saat ini.<br />
<br />
Tuan Doktor boleh pergi ke kawasan Pendang, Alor Star dan sekitarnya. Lihatlah dengan kepala mata Tuan Doktor sendiri bahawa banyak kedai yang menggantungkan gambar hitam putih yang diimani sebagai “pelaris”.<br />
<br />
Justeru kita mahu bertanya kepada Tuan Doktor dan juga para Ahli PAS, apakah yang mereka da’wahkan selama ini? Dan apakah da’wah utama Mantan Presiden mereka – Ustaz Fadhil Noor? Apakah PAS mengajak untuk menegakkan aqidah shaihah atau menegakkan Hudud dan Negara Islam?<br />
<br />
Saya semakin pelik dengan sikap Tuan Doktor, sepanjang empat muka tulisan saya, yang tuan garis bawah hanyalah dua baris ayat, walhal dalam tulisan saya itu masih banyak hujjah-hujjah yang tuan boleh bantah dan betulkan. Namun kenapa dua baris ini yang tuan jadikan modal untuk menghina para Ustaz Salafi yang memasuki ILMU?<br />
<br />
Kenapa tuan Doktor tidak mahu membahas perkataan Ibn Mas’ud, Mujahid, atau ucapan Syeikh Abdus Salam Barjas? Kenapa Tuan Doktor tidak mahu mengulas celaan Sayid Qutub yang mengatakan bahawa ulama’ Ahlus Sunnah adalah ulama’ Kertas sahaja? Apakah celaan ini sangatlah tidak penting dan boleh diabaikan?<br />
<br />
Malah lebih pelik lagi apabila Tuan Doktor gagal untuk memahami ayat ini dengan baik. Sepertinya tuan jahil dalam Bahasa Melayu tetapi tetap gencar untuk menulis puisi.<br />
<br />
Sekiranya tuan pernah membaca tulisan saya sebelum ini, pasti tuan akan mengerti bahawa saya menggunakan laras bahasa yang berpuitis dan banyak terpengaruh dengan penggunaan Bahasa Indonesia. Justeru saya berharap orang yang suka menulis puisi seperti tuan akan dapat memahami makna tulisan saya dengan baik.<br />
Lantaran, sekiranya ayah Tuan Doktor sudah meninggal dunia, lalu ada seorang bertanya kepada tuan Doktor: “Ayah kamu duduk / tinggal / berdiam / bertempat dimana?”. Apakah tuan akan berkata “Ayah saya sudah meninggal”, atau tuan akan katakan “Dia bertempat di Permatang Pauh”.<br />
<br />
Pasti tuan akan katakan “Ayah saya sudah meninggal dunia”. Dan jika ditanya, dimana beliau dikebumikan, maka tuan akan menjawabnya “Ayah saya dikebumikan di Permatang Pauh”. Saya cukup pasti tuan tidak akan menjawab “beliau bertempat di Permatang Pauh”.<br />
<br />
Mungkin saya perlu bawakan contoh yang lain, agar tokoh pemuisi kita ini bisa mengerti akan perkataan “berdiam / bertempat” dengan lebih mantap.<br />
<br />
Kita ambil contoh Shamsiah Fakeh yang hidup di China namun di kebumikan di Malaysia. Maka kita tetap akan berkata bahawa beliau “berdiam / bertempat di China” yang merujuk fasa kehidupannya, bukan merujuk kepada lokasi beliau dikebumikan.<br />
<br />
Justeru perkataan saya merujuk kepada fasa hidupnya, bukan fasa selepas matinya. Kerana itu saya tidak menyebut langsung kubur beliau. Yang saya sebut adalah kedai-kedai di Pendang. Maka dengan aqal yang waras (tanpa perlu mendapat gelar Doktor atau ke India untuk mendapatkan 5 ijazah hadith) pun sudah mampu untuk mencari perkaitan antara kalimat <i>bertempat</i> dengan kedai-kedai di Pendang yang menggantungkan gambar kesyirikian.<br />
<br />
Kedai tersebut bukanlah di dirikan di tepi kubur beliau, bukan juga di dalam halaman rumah beliau. Justeru perkaitan yang cukup sederhana antara kalimat “bertempat” dan “kedai-kedai yang menggantungkan gambar” ialah “fasa hidup” dan bukannya “fasa sesudah matinya beliau”.<br />
<br />
Kemudian saya mahu bertanya kepada Tuan Doktor, dimana dan saat bila saya menyebutkan kubur Ustaz Fadhil Noor dijadikan tempat penyembahan, sehingga tuan Doktor membawa contoh Kubur Imam Syafi’e dan kubur para sahabat?<br />
<br />
Kalau tidak ada, maka nasihat saya janganlah menjadi tukang fitnah, atau kaki ta’wil. Janganlah tercuit sedikit, terus terlambung.<br />
<br />
<b>Pembetulan Kedua</b><br />
<br />
Tuan Doktor mengatakan bahawa ILMU ini mengampu kerajaan. Mungkin jika tuan hidup di zaman Imam Abul Wafa Ibnu Aqil al-Hambali maka tuan juga akan menghina beliau kerana mencium tangan penguasa ketika bersalaman.<br />
<br />
<br />
Namun sang Imam telah menjawab tuduhan tersebut dengan katanya:<br />
“Bagaimana pendapatmu bila aku bersalaman dengan ayahku kemudian aku mencium tangannya, apakah yang demikian itu salah ataukah menjatuhkan kedudukannya? Mereka menjawab tidak salah! Beliau berkata lagi: Seseorang ayah telah mendidik anaknya secara khusus sedangkan penguasa telah mendidik rakyat secara umum, maka dia lebih berhak untuk dihormati”. (Badi’ul Fawaid. Ibnu Qaiyim)<br />
<br />
Lantas keberadaan kami ini bersama penguasa Negara adalah sebagai suruhan dari Allah dan sunnah Rasulullah saw. Kami tetap akan bersama-sama penguasa untuk membimbing mereka dan menasihati umat manusia.<br />
<br />
Kami tidak akan melepaskan ketaatan dan ikatan bai’at kepada mereka sepertimana yang dianjurkan oleh Sayid Qutub dan Al Qaradhawi. Bukan Sunnah Sayid Qutub dan Sunnah Qaradhawi yang kami ingin tempuh melainkan sunnah Muhammad Bin Abdullah saw.<br />
<br />
Jika upaya kami untuk mengajak umat agar mereka mentaati penguasa dalam hal-hal yang ma’ruf dikatakan sebagai sebuah jilatan, atau suatu ampuan, maka kepada Allah lah kami mengadu akan tuduhan itu. Namun yang pasti Tuan Doktor sangatlah terpengaruh dengan pemikiran Al Qardawi dan sangat condong dengan pembangkang. Malah sejarah hidup Tuan pun pernah bersama mereka satu ketika dahulu.<br />
<br />
Begitu juga dalam tanpa sadar, rupanya tuan juga penjilat dan pengampu. Dengan nyata bahawa tidak ada satu hujjah pun yang bisa dipakai untuk menghalalkan demontrasi BERSIH, namun tuan mengasak-asak dalil untuk membenarkannya. Hanya semata-mata untuk mengabsahkan kelakuan PAS dan pembangkang. Malah untuk membenarkan juga fatwa Dr Yusuf Al Qaradhawi.<br />
<br />
Walhal bukankah ajaib tatkata tuan mengharamkan Perarakan Maulidur Rasul satu ketika dahulu, dan menghalalkan demontrasi BERSIH? Bukankah ini sebuah sikap yang sangap pelik? Dan bukankah ini sebuah tindakan jilat dan ampun yang tidak dapat ditutup lagi?<br />
<br />
Justeru Tuan tidak perlu untuk berpura-pura sebagai Salafiyun. Bukakan saja topeng Qutubiyyun tuan selama ini. Kerana saat ini penyamaran itu sudah tersingkap ketika tuan menyatakan perkataan keji kepada para Salafi malah kepada Ibn Taimiyyah dan Muhammad Wahhab:<br />
<br />
“Ramai yang bertanya saya tentang huraian-huraian siyasah Ulama Muda UMNO kebelakangan ini..menurut pendapat saya yang kerdil, walaupun Ulama Muda UMNO itu pada asasnya bermanhaj ‘salafi’ dan saya antara …yang menyetujui manhaj itu, namun kefahaman sebahagian mereka mengenai hadis-hadis politik menjurus kepada aliran Madkhali yang agak literal dalam menafsirkan nas-nas siyasi tanpa melihat teks dan konteks..mereka seakan aliran ‘zahiri’ atau literalist dalam memahami dalil-dalil siyasi..di Barat, mereka melebelkan literalist ini sebagai ‘wahabi’..itu label yang salah kerana mereka masukkan sekali sesiapa sahaja yang kuat berpegang dengan nas sebagai ‘wahabi’ ..namun fonomena literal dalam memahami nas-nas siyasi ini banyak datang dari Arab Saudi..pada beberapa sudut mungkin ada kebaikannya, namun ia boleh menjumudkan banyak situasi umat dan negara..bak kata Fazlur Rahman ‘konsep kefahman al-Imam Ibn Taimiyyah itu menjadi sempit jika dilihat dari huraian al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab, jika kita membacanya secara langsung, kita akan dapat melihat keluasan kefahamannya..apapun ini masalah ijtihadiyyah atau perbezaan pendapat, seseorang memilih pandangan yang diyakininya..semoga Allah memberikan kita keikhlasan dan mengampunkan semua”<br />
<br />
Ingtlah tuan bahawa seorang Ahlus Sunnah tidak akan menggunakan hujjah dari ahlil Bid’ah dalam penetapan manhaj agamanya. Justeru ketika Tuan menggunakan Fazlur Rahman yang cukup terkenal sebagai pejuang Islam Liberal, maka saat ini telah menjadi pemisah antara kita secara jelas; bahawa tuan bukanlah salafi.<br />
<br />
Bagaimana mungkin seorang yang memiliki 5 ijazah hadith menggunakan ungkapan kaum Islam Liberal bagi membantah kefahaman yang terbit dari hadith? Hanya sahaja orang yang jahil terhadap sunnah akan berbuat sebegitu. Atau seorang yang menyamar sebagai Ahlus Sunnah yang akhirnya dia tidak mampu bersabar lalu meniggalkan jubah sunnahnya.<br />
<br />
Bagaimana mungkin perkataan Fazlur Rahman, tokoh Islam Liberal mampu mematahkan hujjah dari hadith yang telah dijadikan pegangan Ahlus Sunnah zaman berzaman? Lebih menarik lagi adalah mengapa tuan mengambil perkataan Fazlur Rahman bagi menentang perkataan Ibn Taimiyyah? Lantas tuan katakan bahawa memahami nash mengikut kaedah Ibn Taimiyyah akan menjumudkan dunia.<br />
<br />
Walhal kaedah pemahaman Ibn Taimiyyah itu merupakan kaedah Ahlus Sunnah. Maka apakah tuan ingin mengatakan bahawa kaedah Ahlus Sunnah ini akan menjumudkan dunia? Subhanallah! Tidak mungkin seorang Sunni akan berkata seperti tuan katakan.<br />
<br />
Seterusnya seorang Ahlus Sunnah tidak akan mencela ulama’ mereka, sebaliknya mereka akan memuliakannya. Namun sampai hari ini permusuhan Tuan kepada Syeikh Rabi’ tetap tak kunjung surut, ada sahaja kesempatan, tuan akan mencela dan menghinakannya.<br />
<br />
Lebih pelik lagi bagaimana Tuan Doktor mengatakan bahawa kefahaman untuk mentaati penguasa Muslim, haramnya Demontrasi dan menasihati penguasa secara sirr (sembunyi) merupakan kefahaman dari Syeikh Rabi’ Al Madhkali sahaja, atau yang terbit dari Saudi Arabia?<br />
<br />
Ketahuilah wahai Tuan Doktor, bahawa kefahaman ini bukan dimuculkan oleh Syeikh Rabi’ atau ulama’ Saudi, malah seluruh ulama’ Ahlus Sunnah di setiap penjuru dunia mengimaninya. Ketahuilah juga bahawa keimanan ini sudah ada sejak zaman salaf lagi, berlanjutan hingga kini, dan akan terus ada sehingga kiamat. Tuan sendiri belajar ilmu hadith maka pastu tuan mengetahuinya.<br />
<br />
Kerana itu bukankah molek jika tuan berguru kepada Syeikh Albani ataupun murid-muridnya dahulu ketika tuan berada di Jordan. Sehingga tuan dapat mengetahui bahawa ulama’ Sunnah Jordan juga bersependapat dengan ulama’ Saudi. Namun kesempatan di Jordan telah tuan sia-siakan.<br />
<br />
Begitu juga ketika tuan ke India, mengapakah tuan tidak berguru dengan para ahlil hadith Ahlus Sunnah, bukannya ulama’ Deobandi. Sehingga Tuan Doktor mengetahui bahawa ulama Sunnah India juga sejalan dengan ulama’ Saudi.<br />
<br />
Tetapi kecenderungan tuan untuk mengikuti alam pikir Al Qardhawi itu yang menyebabkan tuan mula memusuhi Ahlus Sunnah.<br />
<br />
Saya melihat tulisan-tulisan tuan banyak dihiasi dengan fatwa Al Qaradhawi, walhal beliau itu adalah antara tokoh yang mengikut manhajnya Hasan Al Banna dan Sayid Qutub. Malah ada yang memasukkan beliau sebagai tokoh Islam Liberal.<br />
<br />
Ingatlah tuan bahawa seseorang yang selalu menukilkan nama atau ucapan ahlul bid’ah dalam tulisannya bererti beliau bersama dengan ahlul bid’ah tersebut. Seseorang yang selalu menukilkan kalam ulama Ahlus Sunnah, insyaallah beliau adalah Ahlus Sunnah. Syeikh Abdullah Bin Shalil Al Ubailan berkata tentang seseorang yang diragukan; apakah dia seorang pemuja Ikhwanul Muslimun atau seorang Salafi:<br />
<br />
“Tidak, tidak, beliau bukan seorang <i>ikhwani</i>, bukan… <b>beliau adalah seorang salafi</b>, dan <span style="text-decoration: underline;">seorang salafi itu senantiasa tidak akan menyebutkan guru-gurunya kecuali Syaikh Muhammad bin ‘Utsaimin, menyebutkan Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz dan menyebukan al-Albani</span>. Tidak akan selamanya dia berargumen dengan salah seorang pun selain mereka”<br />
<br />
Akhir kata, segala kesalahan saya, atau segala kelemahan saya, saya memohon ampun kepada Tuan Doktor. Semoga Allah member kita balasan yang baik di dunia dan di akhirat.<br />
<br />
Saya juga menanti mungkin akan ada insan yang pernah membantah saya dahulu dalam isu “Wang Judi” untuk membetulkan Tuan Doktor terhadap pemahaman salah tuan doktor. Namun sampai saat ini insan tersebut masih tidak menulis surat kepada tuan Doktor, walhal mereka dahulu berteriak kepada saya “demi kebenaran” lah mereka menulis.<br />
<br />
<b>Abu Amru Mohd Radzi Bin Othman</b><br />
Pandan Indah, Kuala Lumpur<br />
10 July 2011<br />
<br />
<b>http://loluconagama.wordpress.com/2011/07/11/tuduhan-prof-madya-dr-asri-zainul-abidin-terhadap-ilmu/</b>..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-70190954093455600942011-07-07T18:35:00.001-07:002011-07-11T16:01:01.800-07:00Mengantuk Ketika Mendengar Khutbah Jumaat.<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div>Jika seseorang mengantuk atau terlelap semasa mendengar khutbah Jumaat, adalah digalakkan supaya dia <b>bertukar tempat dengan orang yang duduk di sebelahnya.</b> Semasa berbuat demikian dia perlu <b>berhati-hati supaya tidak berkata-kata.</b> Oleh yang demikian, dia perlu <b>berinteraksi menggunakan bahasa isyarat.</b> Dalil tentang perkara ini ialah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Samurah <i>radiallahuanh </i>yang berkata:<br />
<br />
Rasulullah <i>sallallahu alaihi wasallam</i> bersabda:<br />
<br />
"Jika ada di antara kamu yang mengantuk semasa khutbah Jumaat, maka dia perlu bertukar tempat dengan orang yang duduk di sebelahnya." [al-Baihaqi, 3/238; Sahih al-Jami' no. 812]<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Hadis lain yang diriwayatkan oleh Ibn Umar, beliau berkata: Rasulullah<i> sallallahu alaihi wasallam</i> bersabda:<br />
<br />
"Jika salah seorang dari kamu terlelap dalam masjid pada hari Jumaat, maka hendaklah dia bergerak ke tempat lain untuk duduk." [Abu Daud, no0. 1119; Sahih al-Jami' no. 809]<br />
<br />
*Apa Yang Harus Anda Lakukan Dalam Situasi Tertentu<br />
<br />
*MOHON DISEBARKAN<br />
______________________________________________________________________________<br />
<br />
<b>INFORMASI</b><br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/1manhajsalaf</li>
</ul><br />
[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts</li>
</ul><br />
<b>LAMAN WEB RASMI KAMI:</b> www.1manhajsalaf.blogspot.com<br />
<br />
http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf</div></div>..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-40813665728058472892011-07-02T17:35:00.001-07:002011-07-02T17:35:56.312-07:00Wasiat Pertama: [Bersyukur dan Pujilah Allah atas nikmat ini]<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div>Sesungguhnya ini adalah nikmat besar yang Allah berikan kepada siapa yang Dia kehendaki dari para hamba-Nya, maka bersyukurlah, dan ingatlah :<br />
<br />
Berapa banyak orang yang tenggelam dalam syubhat, dia terombang-ambing ketimur dan kebarat, tidak tahu jalan keluarnya.<br />
<br />
Berapa banyak orang yang terjerumus kedalam syahwat, dia terbelenggu didalamnya, tidak tahu kapan dia akan selamat.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Maka bersyukurlah kepada Allah wahai orang yang bertaubat, ketahuilah bahwa nikmat ini hanyalah dari Allah saja, tidak ada kekuatan dan daya upaya melainkan dengan (pertolongan) dari Allah yang Maha lembut lagi Maha mengetahui, Dialah yang mengasihi dan memberimu petunjuk dan tidak mewafatkan kamu dalam keadaan tenggelam dalam syubhat dan syahwat, bagi-Nyalah segala pujian didunia dan diakhirat.<br />
<br />
Dialah yang memberimu petunjuk dan memudahkanmu dalam menemui orang yang bisa menunjukkanmu kejalan/manhaj salafush sholeh, Alangkah banyak nikmat-Nya kepadaku dan kepadamu, Allah berfirman : <b><i>Dan jika kalian menghitung nikmat Allah maka kamu tidak akan dapat menghitungnya </i></b>(Surat Ibrahim : 34)<br />
<br />
Janganlah kamu -wahai saudaraku yang telah bertaubat- berrsikap ujub dan terpedaya atau merasa memberi nikmat kepada Allah dengan (taubatmu itu) Allah ta’ala berfirman : <b><i>Begitu jugalah keadaanmu dahulu, lalu Allah memberimu nikmat maka telitilah</i></b> (Surat An-Nisa’ : 94)<br />
<br />
Janganlah kamu mencela atau merendahkan orang lain serta yang lagi diuji dengan apa-apa yang Allah selamatkan dirimu darinya, akan tetapi pujilah Allah yang telah menyelamatkanmu dan Dia tidak menimpakan kepadamu apa yang telah menimpa mereka, dan katakanlah –jika kamu melihat orang yang lagi ditimpa musibah-:<br />
<br />
( الحمد لله الذي عافا ني مما ابتلاك به وفضلني على كثير ممن خلق تفضيلا ))<br />
<br />
Artinya : <i>S<b>egala puji bagi Allah yang telah menyelamatkanku dari apa-apa yang menimpamu dan telah mengutamakanku dari kebanyakan manusia</b></i><b>.</b> [Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam Jami’nya dari hadits Abi Hurairah –rodhiyallahu anhu- dan dalam sanadnya ada Abdullah bin Umar Al-Umari dan dia itu dhoi’if, tapi hadits ini ada penguatnya sehingga naik menjadi hasan lighoirihi.].<br />
<br />
Berlemah lembut dan sayangilah mereka serta berharaplah agar mereka mendapat apa yang telah Allah berikan kepadamu dari kebaikan dan petunjuk.<br />
______________________________________________________________________________<br />
<br />
<b>INFORMASI</b><br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/1manhajsalaf</li>
</ul><br />
[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<ul><li>http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts</li>
</ul><br />
<b>LAMAN WEB RASMI KAMI:</b> www.1manhajsalaf.blogspot.com<br />
<br />
http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf</div></div>..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-35113370486175680682011-06-27T23:29:00.001-07:002011-06-27T23:29:21.813-07:00Dato' Seri Najib adalah FIRAUN kah? Para pendemonstrasi adalah Nabi Musa dan Harun kah?<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div><strong>"AGAMA ITU ADALAH NASIHAT,</strong> kami berkata: Bagi siapa wahai Rasulullah! Baginda bersabda: Untuk Allah, kitabNya, RasulNya, <span class=" fbUnderline">PARA PEMIMPIN KAUM MUSLIMIN</span> dan orang-orang awam". [HR Muslim]<br />
<br />
Lihatlah dan ambillah contoh yang telah dicontohkan oleh Nabi Musa <em>alaihissalam </em>dalam menghagapi pemerintahan Firaun yang kejam dengan cara yang sebaik-baiknya sebagaimana tercatat di dalam firman Allah <em>subhanahu waTaala</em>:<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
"Pergilah kamu berdua menemui Firaun kerana ia adalah seorang Taghut. <strong>Berkatalah kamu berdua kepadanya dengan BAHASA YANG LEMAH LEMBUT</strong> mudah-mudahan dia boleh ingat dan takut". [Surah Taaha 20:44]<br />
<br />
Menurut pentafsiran Imam al-Qurtubi <em>rahimahullah </em>tentang ayat di atas:<br />
<br />
"Dengan yang demikian, ia menunjukkan <strong>perlunya menggunakan kata-kata yang lemah lembut kepada sesiapa yang berkuasa."</strong> [Kitab Tafsir al jami' li ahkamil quran, 11/199]<br />
<br />
Antara sifat dan akhlak mulia orang-orang yang beriman dalam menghadapi berbagai-bagai masalah atau krisis, cara penyelsaiannya telah digambarkan di dalam beberapa hadis:<br />
<br />
'Sesiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat maka<strong> hendaklah dia berkata yang baik atau diam".</strong> [HR Bukhari]<br />
<br />
Nas-nas dari al-Quran dan hadis di atas merupakan pendidikan, hiasan diri dan petanda akhlak mulia bagi seorang mumin. Mereka yang berdemonstrasi untuk merubah sesuatu kemungkaran kebiasaannya tidak akan menyambut dan memenuhi kehendak hadis-hadis dan ayat-ayat yang mulia di atas ini tetapi sebaliknya, sedangkan segala hads dan hujah yang berlaku mengandungi seruan Allah <em>subhanahu waTaala</em> dan RasulNya <em>sallallahu alaihi wasallam</em> agar orang-orang yang beriman sentiasa berkata-kata dengan perkataan yang baik, lemah lembut dan berhemah menghadapi segala kesulitan atau krisis, kerana cara-ara tersebut merupakan adab susila kesopanan, kesantunan, berbudi bahasa atau akhlak kepada sekalian manusia, tidak kira apa pangkatnya, darjat, martabat dan kedudukannya. Firman Allah:<br />
<br />
<strong>"Ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia".</strong> [al-Baqarah 2:83]<br />
<br />
<span class=" fbUnderline"><strong>*Mari kita renungi. Adakah Pemimpin Negara kita sekejam Firaun yang digelar seorang taghut?! Lalu, bagaimana pula dengan anda (para pendemonstrasi). Adakah anda lebih baik dari Nabi Musa dan Harun?! Apakah anda tidak melihat bagaimana Allah memerintahkan NABInya agar berjumpa dengan musuhNya dengan cara yang baik?! Jika Nabi sendiri berjumpa dengan musuh Allah dengan cara yang baik, bagaimana pula kita terhadap pemimpin Muslim kita?! Ketahuilah, Nabi Musa pergi berjumpa Firaun hanya dengan Nabi Harun sebagai temannya, tetapi Nabi Musa tidak memerintahkan agar seluruh Bani Israil ketika itu pergi beramai-ramai berdemonstrasi di hadapan istana Firaun! Kembalilah kepada Islam yang asal dengan mengikut al-Quran dan al-Hadis. Ketahuilah bahawa hanya petunjuk wahyu sahaja yang boleh menyelamatkan keadaan. </strong></span><br />
<br />
<strong><span class=" fbUnderline">*Sekali lagi kami memperingatkan bahawa kami sendiri menyedari hakikat pemimpin negara kita yang tidak Islamik dan lebih ke arah sekular. Kami masih belum buta, kami masih belum pekak. Kami faham situasi yang berlaku. Akibat pemimpin yang tidak begitu Islamik, kami juga terkena tempiasnya. Tetapi, kami sama sekali tidak bertindak dengan mengikut hawa nafsu dan akal semata-mata. Bahkan, kami bertindak mengikut wahyu al-Quran dan al-Hadis! </span></strong><br />
______________________________________________________________________________<br />
<br />
<strong>INFORMASI</strong><br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<ul><li><a href="http://www.facebook.com/1manhajsalaf" rel="nofollow" target="_blank">http://www.facebook.com/1manhajsalaf</a></li>
</ul><br />
[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<ul><li><a href="http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts" rel="nofollow" target="_blank">http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts</a></li>
</ul><br />
<strong>LAMAN WEB RASMI KAMI:</strong> <a href="http://www.1manhajsalaf.blogspot.com/" rel="nofollow" target="_blank">www.1manhajsalaf.blogspot.com</a><br />
<br />
<a href="http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf" rel="nofollow" target="_blank">http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf</a></div></div>..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7663142851336793358.post-73531349724944192582011-06-27T19:01:00.001-07:002011-06-27T19:01:54.282-07:00Bagaimana Sistem Politik MONARKI?<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div><b>Sistem Pewarisan Takhta di sisi Manhaj Salafi</b><br />
<br />
Jika pemerintah mewariskan penggantinya kepada kaum kerabatnya; berkata 'Allamah Siddiq Hasan Khan rh [w.1307 H]:<br />
<br />
"dan tidak ditohmah akan Imam berkenaan urusan ini walaupun dia menyerahkan jawatan kepada ayah atau anaknya kerana dia (imam) dipercayai semasa hidupnya dalam menjaga urusan mereka (kaum muslimin) maka lebih utamah untuk tidak disangsikan padanya selepas kematiannya…"<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Kata beliau juga:<br />
<br />
"lebih-lebih lagi jika apa yang dia lakukan itu adalah kerana maslahah atau mengelak berlakunya mafsadah maka ternafilah sama sekali daripadanya sangkaan buruk seperti yang berlaku dalam tindakan Muawiyah ra menyerahkan kepimpinan kepada anaknya Yazid .."<br />
<br />
[Iklil al-Karamah, m.s 18-19]<br />
<br />
Maka harus bagi Imam mengkhususkan jawatan pemerintahan kepada kerabat tertentu atau kepada kelompok tertentu jika memerlukannya dan mengelak mafsadah seperti yang berlaku di zaman Muawiyah ra di mana Bani Umayyah<br />
<br />
merupakan tunjang kaum muslimin ketika itu dan mereka adalah tentera-tentera Islam dan mereka tidak dapat menerima pemimpin selain daripada mereka.<br />
<br />
<b>Rampasan Kuasa</b><br />
<br />
Islam melarang keras tindakan memberontak dan membangkang pemimpin muslim dan tindakan memberontak kepada pemerintah muslim amat-amat keji di sisi Syariat Islam yang akan kita bentangkan dalil-dalilnya nanti –isnya ALLAH-.<br />
Namun, jika berlaku rampasan kuasa dan Imam yang sedia ada dikalahkan lalu pemberontak menguasai kerajaan dan stabil kekuasaan di tangannya maka SAH lah dia sebagai Imam yang baharu serta wajib memberikan baiah kepadanya.<br />
<br />
Kata Imam Ahmad rh [w.241 H]:<br />
<br />
"Barangsiapa yang berjaya menguasai mereka –yakni para pemerintah- dengan pedang sehingga menjadi Khalifah dan dinamakan Amirul Mukminin; maka tidak halal bagi sesiapa pun yang beriman dengan ALLAH dan hari akhirat untuk bermalam sedangkan dia tidak beriktiqad dia (si pemberontak) sebagai Imam (yang baharu); sama ada dia seorang yang baik atau fasiq"<br />
<br />
[Mu'amalatul Hukkam, ms 25]<br />
<br />
Kata Imam al-Syafii rh [w.204 H]:<br />
<br />
Maksudnya: "sesiapa sahaja yang menguasai Khilafah dengan pedang sehingga dinamakan Khalifah dan manusia telah bersepakat atasnya maka dialah Khalifah". [rujuk: Mu'amalatul Hukkam, m.s 27].<br />
<br />
Hukum ini terbina atas apa yang telah lalu penjelasannya bahawa 'dabit' seseorang itu menjadi Imam adalah: "Stabil padanya kekuatan dan kekuasaan", seperti yang dijelaskan Syeikhul Islam dalam Minhaj al-Sunnah.<br />
<br />
Para Ulama Salaf telah ijmak akan sah pemerintah yang berjaya mengalahkan pemerintah sebelumnya semasa peristiwa rampasan kuasa yang dilakukan oleh Abdul Malik bin Marwan rh yang berjaya mengalahkan Abdullah bin al-Zubair ra.<br />
<br />
Demikian juga kerajaan-kerajaan Islam selepas itu ditegakkan dengan rampasan kuasa seperti kerajaan Bani Abbas yang merampas kuasa dari Bani Umayyah dan Daulah 'Aliyyah merampas kuasa dari Bani 'Abbas namun tiada para Ulama yang menyatakan pemerintahan mereka tidak sah.<br />
<br />
<a href="http://www.mediafire.com/?azn6mmzjpzrx4dh" rel="nofollow" target="_blank">http://www.mediafire.com/?azn6mmzjpzrx4dh</a><br />
<br />
<b>Oleh: </b>Muhammad Asri Sobrie<br />
______________________________________________________________________________<br />
<br />
<b>INFORMASI</b><br />
<br />
[1] Untuk membaca hukum hakam selanjutnya, anda boleh klik link di bawah:<br />
<ul><li><a href="http://www.facebook.com/1manhajsalaf" rel="nofollow" target="_blank">http://www.facebook.com/1manhajsalaf</a></li>
</ul><br />
[2] Anda semua boleh dapatkan kuliah Ustaz Fathul Bari berkenaan sunnah dan isu semasa berkaitan. Klik link di bawah:<br />
<ul><li><a href="http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts" rel="nofollow" target="_blank">http://www.facebook.com/ufbchannel?ref=ts</a></li>
</ul><br />
<b>LAMAN WEB RASMI KAMI:</b> <a href="http://www.1manhajsalaf.blogspot.com/" rel="nofollow" target="_blank">www.1manhajsalaf.blogspot.com</a><br />
<br />
<a href="http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf" rel="nofollow" target="_blank">http://www.scribd.com/doc/58361060/JAWI-mengiktiraf-Manhaj-Salaf</a></div></div>..http://www.blogger.com/profile/17206780846143141294noreply@blogger.com0